Kementerian Komunikasi dan Digital Fokus Kembangkan Kecerdasan Buatan (AI) di Indonesia
VIVAJabar – Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) Indonesia kini tengah gencar mengembangkan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sebagai solusi untuk kemajuan masyarakat Indonesia.
Salah satu langkah penting yang sedang dilakukan adalah penyusunan studi untuk menilai kesiapan masyarakat dalam mengadopsi teknologi AI.
Studi ini bertujuan untuk memastikan bahwa adopsi AI berjalan secara efisien dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Menurut Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, studi ini merupakan lanjutan dari pengukuran Readiness Assessment Method (RAM) AI yang sebelumnya dilakukan oleh UNESCO di Indonesia.
RAM AI sendiri adalah sebuah metode yang digunakan untuk mengukur sejauh mana sebuah negara siap mengimplementasikan dan mengadopsi teknologi AI.
Fokus pada Sektor Industri dan Organisasi Masyarakat
Dalam konteks ini, Kemkomdigi mengutamakan kesiapan sektor industri dan organisasi masyarakat dalam mengadopsi AI.
Teknologi AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi di berbagai sektor, terutama industri, dan membantu menyelesaikan tantangan sehari-hari.
Oleh karena itu, kajian ini akan mempertimbangkan penerapan regulasi yang tepat agar adopsi AI di Indonesia dapat berjalan lancar dan memiliki tata kelola yang baik.
Pemerintah tengah mengkaji bentuk regulasi yang tepat untuk mengatur adopsi AI, apakah melalui Peraturan Menteri, Peraturan Pemerintah, atau bahkan Peraturan Presiden.
Kajian ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengembangan dan penerapan teknologi AI di Indonesia tidak hanya efisien, tetapi juga aman dan bertanggung jawab.
Tantangan dan Peluang AI di Indonesia
Indonesia, yang merupakan negara terbesar di Asia Tenggara, menjadi negara pertama di kawasan ini yang menyelesaikan RAM AI dari UNESCO.
Namun, meski Indonesia memiliki potensi besar dalam pemanfaatan AI, penelitian dan pengembangan di bidang ini masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Hal ini berisiko menghambat perkembangan teknologi AI di Indonesia dan memperlambat penerapan solusi berbasis AI di berbagai sektor.
Selain itu, penggunaan AI juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang perlu dicermati.
Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah pergeseran lapangan kerja, terutama di daerah pedesaan, yang bisa terdampak oleh otomatisasi yang dibawa oleh AI.
Masyarakat perkotaan, di sisi lain, menekankan pentingnya adopsi AI yang etis dan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa teknologi ini memberikan manfaat bagi semua lapisan masyarakat.
AI yang Inklusif dan Berkelanjutan
Untuk memastikan bahwa manfaat AI dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, Kemkomdigi mendorong agar pemanfaatan teknologi ini dilakukan secara inklusif.
Salah satu rekomendasi dalam kajian ini adalah melibatkan peneliti dan startup dari luar Pulau Jawa dalam pengembangan teknologi AI.
Hal ini bertujuan untuk menciptakan pemerataan dalam pemanfaatan AI di seluruh Indonesia, sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di berbagai daerah.
Dengan adanya regulasi yang tepat dan pengembangan yang inklusif, diharapkan Indonesia dapat memanfaatkan teknologi AI secara optimal, mengurangi ketimpangan sosial, dan mempercepat kemajuan industri.
Semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor industri, perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa adopsi AI di Indonesia dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi pembangunan bangsa.
Kesimpulan
Indonesia tengah berusaha menjadi pionir dalam pengembangan dan adopsi AI di Asia Tenggara.
Dengan berbagai langkah yang diambil oleh Kemkomdigi, termasuk kajian tentang kesiapan masyarakat dan pengaturan regulasi yang tepat, diharapkan teknologi AI dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Tantangan terkait dampak sosial dan ekonomi, serta kebutuhan untuk pemerataan manfaat, akan menjadi perhatian utama dalam pengembangan AI yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.