India Segera Luncurkan Satelit Luar Angkasa 'Aditya-L1' ke Ruang Antariksa

Ilustrasi Luar Angkasa, Persaingan AS, China & Rusia di Bulan
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar - Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) menuturkan India akan meluncurkan pesawat ruang angkasa pertamanya untuk mempelajari Matahari akhir pekan ini, jika semuanya berjalan sesuai rencana.

Observatorium surya Aditya-L1 dijadwalkan diluncurkan pada Sabtu, 2 September, pukul 02:20 EDT. Pesawat ruang angkasa ini akan lepas landas di atas Kendaraan Peluncur Satelit Polar dari Satish Dhawan Space Centre, di pulau Sriharikota, tak jauh dari pantai timur India.

Aditya-L1 awalnya akan menuju ke orbit rendah Bumi, dimana berbagai sistemnya akan mendapat pemeriksaan di luar angkasa dari tim misi.

Jika semuanya baik-baik saja, pesawat ruang angkasa secara bertahap akan mengendurkan orbitnya, dan pada akhirnya akan terbebas dari tarikan gravitasi Bumi. 

Setelah itu, Aditya-L1 akan menuju ke Bumi-Matahari Lagrange Point 1, sebuah tempat yang gravitasinya stabil sekitar 1 juta mil (1,5 juta kilometer) jauhnya.

“Sebuah satelit yang ditempatkan pada orbit halo di sekitar titik L1 memiliki keuntungan besar karena dapat terus mengamati Matahari tanpa adanya okultasi atau gerhana,” tulis pejabat ISRO dalam deskripsi misi Aditya-L1.

Situs Space menuliskan, langkah Ini akan memberikan keuntungan lebih besar dalam mengamati aktivitas Matahari dan pengaruhnya terhadap cuaca luar angkasa secara real time.

Tujuan tersebut menjelaskan bagian 'L1' dari nama misi. Sementara itu 'Aditya' diterjemahkan menjadi Matahari dalam bahasa Sansekerta. 

Semantara itu, seorang pejabat ISRO menjelaskan, sesampainya di L1, wahana tersebut akan menggunakan tujuh instrumen sainsnya untuk mempelajari Matahari dengan berbagai cara. 

Ilustrasi Luar Angkasa, Peluncuran Roket H-IIA

Photo :
  • Screenshot berita VivaNews

Misalnya, lanjut Dia, data Aditya-L1 dapat membantu para peneliti lebih memahami dinamika jilatan api matahari dan letusan besar plasma matahari super panas yang dikenal sebagai lontaran massa koronal.

Misi ini juga dapat menjelaskan mengapa atmosfer luar Matahari, yang dikenal sebagai corona jauh lebih panas daripada permukaannya – sekitar 1,8 juta derajat Fahrenheit (1 juta derajat Celsius), dibandingkan dengan 10.000 derajat F (5.500 derajat C). 

Peluncuran misi Aditya-L1 memakan biaya sekitar US$45 juta. Peluncuran ini akan mengikuti kesuksesan besar negara tersebut di Bulan dengan duo pendarat Chandrayaan-3 yang berhasil mendarat di tetangga terdekat Bumi pada 23 Agustus kemarin. 

Chandrayaan-3 telah menjelajahi wilayah Kutub Selatan Bulan, wilayah yang belum pernah menjadi lokasi misi permukaan hingga saat ini. 

Ilustrasi Luar Angkasa, Lubang di Matahari

Photo :
  • Screenshot berita VivaNews

Pendukung eksplorasi tertarik dengan wilayah ini karena dianggap menampung sejumlah besar air es, sumber daya utama yang dapat mendukung pos terdepan manusia. 

Pendarat Vikram milik Chandrayaan-3 dan penjelajah Pragyan diperkirakan akan beroperasi selama sekitar satu hari lunar (14 hari Bumi) sebelum dibungkam oleh dinginnya cuaca dan kegelapan malam lunar yang panjang.