Mengenang Tragedi Junyo Maru yang Menenggelamkan 4000 Tawanan Pribumi

Tragedi Junyo Maru
Sumber :
  • Frogstrom

Jabar – Tragedi Junyo Maru merupakan tragedi tenggelamnya kapal Junyo Maru dan juga tragedi kemanusiaan yang terjadi pada masa pendudukan Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada masa Perang Dunia Kedua yang menyebabkan ribuan anggota pasukan sekutu tewas, antara lain pasukan dari Inggris, Kerajaan Belanda, Amerika Serikat dan Australia, serta pekerja romusha dari Pulau Jawa.

Junyo Maru adalah kapal kargo Kekaisaran Jepang, digunakan bukan untuk mengangkut barang tetapi untuk mengangkut orang, lebih khusus lagi tawanan perang dan kerja paksa. Misi Junyo Maru adalah mengangkut 2.300 tawanan perang dari pasukan Sekutu, semuanya dari Belanda, Inggris Raya, Amerika Serikat dan Australia, serta mendatangkan 4.200 pekerja Romusha dari Jawa.

Tujuan transportasi ini adalah menggunakan tawanan perang dan kerja paksa untuk membangun jalur kereta api, khususnya jalur kereta api trans Sumatera, sepanjang sekitar 220 km, membantang dari Pekan Baru, Riau hingga Muaro, Jambi.

Pada tanggal 18 September 1944, saat dalam perjalanan menuju Sumatera dari Jawa, Junyo Maru ditorpedo oleh kapal selam Angkatan Laut atau Angkatan Laut Kerajaan Inggris yaitu HMS Tradewind yang sedang berada di Samudera Hindia yang hendak berangkat.

Jalur kapal ini tidak melewati Laut Jawa melainkan melintasi Samudera Hindia yang merupakan wilayah Kerajaan Inggris. Faktanya, tentara Inggris tidak mengetahui apa yang ada di dalam Junyo Maru, mereka hanya melihat bendera Hinomaru di kapal tersebut sehingga mereka langsung bereaksi dengan menenggelamkannya.

Kapal Junyo Maru kemudian tenggelam di Samudera Hindia, barat daya Pulau Sumatera, tepatnya di dekat Mukomuko, Bengkulu. Sebanyak 5.620 penumpang tenggelam di Junyo Maru dan tidak semuanya adalah orang Jepang, sebuah serangan yang tidak dapat dibenarkan oleh kekuatan angkatan laut yang kuat seperti Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan juga merupakan kejahatan terhadap spesies manusia saat Kekaisaran Jepang lainnya dengan menjejalkan 6.500 orang ke dalam satu kapal.

Fasilitas itu benar-benar tidak dapat digunakan, dengan kesediaan yang tidak manusiawi, seperti tidak ada air minum, tidak ada sekoci, tidak ada pintu darurat, tidak ada sistem ventilasi, dll. Tragedi Junyo Maru kemudian menjadi salah satu tragedi dan bencana maritim terburuk yang pernah terjadi dalam sejarah Perang Dunia II, khususnya di kawasan Asia-Pasifik.