China dan Rusia Rancang Seks Berbasis AI, AS Ketar-ketir dan Nyolot Ngebantah 'Mustahil'
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Eksistensi Artificial Intelligece (AI) atau kecedasan buatan turut berdampak pada perubahan segala aspek kehidupan di era modern saat ini. Baik di tempat kerja atau di rumah, komputer yang supercharged dan intuitif akan memainkan peran integral dalam aktivitas kita sehari-hari
Seorang terapis mengatakan ketakutannya terhadap pasien yang terlalu bergantung pada konselor yang didukung AI. Sebab, mereka akan menjadi terlalu terikat pada kepercayaan virtualnya.
Masalah yang sama juga terjadi pada mereka yang berspesialisasi dalam seksualitas, khususnya orang-orang yang jatuh cinta pada robot.
Lebih dari itu, seiring dengan kemajuan teknologi AI, pengalaman interaksi dengan chatbot yang terlihat nyata juga akan meningkat.
Namun demikian, dalam Situs The Sun, seorang pakar seksualitas Kaamna Bhojwani telah menyelidiki kemajuan AI dan teknologi serta bagaimana hal itu dapat mengubah hubungan serta keintiman.
Ia menuturkan, mungkin akan ada orang yang menunjukkan kasih sayang atau keinginan terhadap bot AI.
"Pertanyaannya adalah, siapa yang mengendalikan mesin itu. Bukan bermaksud politis dalam hal ini, tapi jika itu adalah China, jika itu adalah Rusia, bagaimana kita tahu implikasinya? Ketika menyangkut sesuatu seperti seksualitas, hubungan, dan keintiman, kita berbicara tentang kelompok inti yang sangat rentan," katanya.
Jadi, kata Dia, jika ingin menjalin hubungan dengan mesin dan tidak tahu siapa yang mengendalikan mesin itu, pihaknya akan sangat berhati-hati.
Dia menunjukkan adanya peningkatan penggunaan perangkat pintar seperti Amazon Alexa atau Google Nest.
“Kami membiarkan perangkat ini masuk ke dalam rumah kami, kami biasanya bebas berada di sekitar perangkat tersebut, namun kami tidak memiliki hubungan dekat dengan perangkat tersebut,” tambahnya.
Dia sendiri tidak ingin mendukung teori konspirasi karena yakin bahwa kita harus berintegrasi dengan semua teknologi ini.
"Tetapi jika Anda membiarkan mesin masuk ke dalam ruang yang sangat rentan, yaitu hubungan Anda, emosi Anda, keintiman Anda, berhati-hatilah dengan dari mana hal itu berasal," lanjutnya.
Ada banyak potensi keuntungan bagi orang-orang yang menggunakan AI, dan tidak hanya untuk mengisi kekosongan dalam hidup, seperti mendidik masyarakat tentang seksualitas, terutama di negara-negara dimana diskusi semacam itu tidak bisa dilakukan.
Ada juga potensi pelanggaran etis yang harus dinavigasi, seperti prospek yang mengkhawatirkan tentang seseorang yang melakukan pelecehan seksual terhadap kehadiran robot atau AI dan tindakan apa yang dapat diambil.
“Kami masih di kursi pengemudi. Kita tidak memerlukan perang yang membuat orang takut akan datangnya robot. Kita memerlukan integrasi. Perbedaannya akan nyata ketika mesin-mesin ini mempunyai kesadaran," ujarnya.