Virus Nipah Berpotensi Masuk ke Indonesia, Ini Penjelasan Epidemiolog
- screenshoot by Viva
VIVA Jabar – Kasus virus nipah dilaporkan di Negara Bagian Kerala, India. Kasus ini terjadi di Distrik Kozhikode di bagian utara Kerala dan telah mengakibatkan kehilangan nyawa. Virus ini pertama kali ditemukan di Malaysia pada tahun 1998.
Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus nipah memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi, berkisar antara 40 hingga 70 persen. Pertanyaannya, apakah virus nipah berpotensi menjadi pandemi seperti COVID-19?
Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman angkat bicara. Dijelaskannya bahwa ancaman virus nipah bisa menjadi pandemi. Bahkan WHO telah mengidentifikasi virus nipah sebagai salah satu dari 10 penyakit yang ada dalam daftar WHO berpotensi sebagai pandemi.
Namun diungkap Dicky Budiman, secara umum ancaman virus nipah menjadi pandemi tidaklah sebesar jika dibandingkan dengan keluarga virus corona seperti COVID-19, SARS dan MERS. Hal ini lantaran dari sisi penularannya, virus nipah tidak terlalu efektif dibandingkan dengan keluarga virus corona.
“Keluarga virus corona yang bisa menyebar melalui droplet dalam hal ini udara. Nipah virus harus melalui cairan ataupun makanan yang sudah tercemar atau terpapar virus baik dari urine kelelawar ataupun kotoran kelelawar. Ini yang membedakan," kata Dicky Budiman kepada VIVA, Rabu 20 September 2023.
Lebih lanjut, diungkap Dicky bahwa virus nipah ini memiliki potensi menjadi endemik di suatu wilayah kemudian menjadi kejadian luar biasa (KLB) berulang atau epidemi di suatu daerah kemungkinan bisa terjadi.
Sementara itu, Dicky juga mengingatkan bahwa virus nipah ini memiliki potensi terjadi di Indonesia. Mengingat Indonesia berada di wilayah hotspot untuk terjadinya penyakit baru atau yang berasal dari zoonotic diseases.
"Karena alam Indonesia besar dan kehidupan masyarakat kita sebagian besar berbatasan dengan alam liar itu masih belum tertata baik. Sekalipun di kota-kota, sekalipun peternakan belum tertata baik," kata dia.
“Dalam konteks ini Indonesia salah satu punya potensi masalah dengan nipah virus. Seperti diketahui nipah virus pertama kali ditemukan di Malaysia, Singapura, yang alamnya tidak berbeda dengan Indonesia, yang kelelawar juga sama ada di Indonesia. Namun dalam konteks deteksi Malaysia dan Singapura saat itu jauh lebih baik," kata dia.
Dicky juga mengungkap, meski hingga saat ini virus nipah belum terdeteksi masuk ke Indonesia, namun bisa saja virus ini masuk ke Tanah Air. Maka dari itu, penting untuk melakukan pendekatan one health.
"Bukan berarti di Indonesia tidak ada, bisa saja ada namun karena kita selalu memiliki masalah mendasar yaitu deteksi. Maka dari itu, mitigasi antisipasi untuk semua zoonotic diseases penyakit berpotensi menjadi wabah harus melakukan pendekatan one health, yaitu keharmonisan, program nyata di kesehatan manusia dan hewan dan lingkungan," katanya.
“Maka dari itu, perubahan perilaku, perubahan gaya hidup, penguatan surveilans, sistem kesehatan penting apalagi untuk konteks Indonesia ke depan," imbuh Dicky.