Bawaslu RI Dianugrahi Piagam Mari Oleh Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)
- Pribadi/Istimewa
VIVA Jabar - Sampai saat ini Bawaslu tidak memberikan penjelasan yang substantif dan terbuka kepada publik terkait kosongnya jabatan Bawaslu di 514 Kabupaten/kota seluruh indonesia. Padahal selain berdampak serius terhadap kekosongan pengawasan pada tahapan pemilu, juga melanggar berbagai peraturan dan perundang-undangan.
Oleh karena itu koalisi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang tergabung dalam GIAD (Gerakan Indonesia Adil dan Demokrasi) memberikan anugrah berupa Piagam MARI (Museum Ajaib Rekor Indonesia).
Beberapa hal kenapa OMS menganugrahi piagam MARI tersebut;
Pertama, Suka sekali bawaslu diberikan piagam penghargaan.
Bawaslu sangat gemar dan suka sekali menerima piagam penghargaan, apapun itu. Seolah-olah untuk menutupi kelemahan kinierjanya, sehingga harapannya publik melihat bawaslu berpeestasi, makanya kami juga berikan piagam, mudah-mudahan bawaslu juga seneng atas anugrah piagam MARI tersebut.
Kedua, presedent buruk sepanjang sejarah.
Baru kali ini sepanjang penyelenggaraan pemilu terutama pasca reformasi ada kekosongan jabatan yang sangat masif di hampir seluruh indonesia.
Amat sangat ajaib, ngurusin lembaganya saja sudah sangat repot. Atas prestasi keajaiban itu, maka Bawaslu RI layak mendapatkan anugrah piagam MARI.
Penyerahan piagam tersebut, diawali jumpa pers di media senter bawaslu RI, setelah itu kami beegeser ke receptinis kantor bawaslu RI dengan harapan ada pimpinan bawaslu RI yang bisa menerima piagam tersebut.
Namun setelah sekian lama menunggu dengan para awak media, pimpinan yang bisa menerima piagam tidak juga muncul. Padahal kami sudah mengirim surat sebelumnya, menginformasikan bahwa kami akan memberikan piagam MARI.
Sangat menyayangkan tidak ada pimpinan bawaslu yang hadir satupun. Akhirnya piagam kami letakan di tempat piagam yang lain di samping receptionis.
Koalisi organisasi masyarakat sipil yang hadir dalam penyerahan piagam MARI tersebut adalah, Yusfitriadi (Visi Nusantara Maju), Ray Rangkuti (Lima Indonesia), Lucius Karus (FORMAPPI), Pinkan dan Erik Lie ( TePi Indonesia).
Dalam kesempatan ini juga Yusfitriadi memints komisi II dan Presiden RI untuk memberikan attensi yang lebih, karena ditengah harapan publik berharap pemilu 2024 semakin baik dan semakin berkualitas, justru malah penyelenggara pemilu sendiri yang merusaknya.
Bagi OMS bawaslu kali ini merupakan bawaslu terburuk dalam manajemen kelembagaannya, sehingga pilihannya cuma 2, diberikan kartu merah oleh publik atau kibarkan bendera putih sebagai bentuk ketidakmampuan meneruskan peran-peran bawaslu pada pemilu 2024 mendatang.
Alih-alih meningkatkan peran dan kinerjanya, mengurus lembaganya sendiri sudah tidak mampu.