Sepulang dari Tanah Suci, Seorang Jamaah Haji Asal Jawa Timur Gugat Kemenag, Ada Apakah?

Ilustrasi Jamaah Haji di Bandara
Sumber :
  • screenshoot by Viva

Prayitno mengaku berangkat berhaji tergabung dalam Kelompok Terbang 17. Dia berangkat pada 29 Mei dan pulang pada 22 Juli 2023. Dia merasa terlantar saat wukuf di Arafah dan dua hari saat di Mina. Memang, saat itu diumumkan tidak akan ada jatah makan. Tapi tidak ada kompensasi.

Begitu pula ketika di Muzdalifah, Prayitno mengaku dua kali tak diberi makan. Total semuanya sembilan kali jatah makan tak diberikan oleh petugas haji. "Bahkan air minum tidak ada sampai makan siang juga tidak dikasih. Baru dikasih jam 5 sore itu untuk makan malam," ujarnya.

Bentuk penelantaran lain, papar Prayitno, yaitu terkait penjemputan jamaah di Muzdalifah. Saat itu, jamaah yang datang tengah malam dijanjikan akan dijemput setelah Shalat Subuh.

Nyatanya ada yang dijemput pukul sembilan pagi, ada yang pukul 11 siang, dan ada yang dijemput selepas Zuhur.

"Saya yang [dijemput] jam 11 siang," ucap Prayitno.

Tambahan Air Zamzam

Keluhan lain disampaikan Holis Mahsuni, jemaah haji asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Dia memprotes Kemenag yang menurutnya tidak menepati janji jatah air Zamzam tambahan sebanyak 5 liter. Namun, dia tak sampai melayangkan gugatan ke pengadilan.