Korban Keganasan Ibu Muda Jambi Alami Trauma, Kerap Ingin Lakukan Hal Ini

YS alias Yunita Sari
Sumber :
  • Tangap layar

VIVA Jabar – Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Jambi, Asi Noprini mengungapkan perkembangan dan kondisi para anak-ana korban keganasan dari ibu muda asal Jambi.

Diketahui, ibu muda Jambi itu bernama Yunita Sari atau YS. Ia diduga melakukan pelecehan terhadap 17 anak di bawah umur.

Ibu muda Jambi itu melecehkan dengan cara mengajak korbannya untuk menonton video porno bersama dirinya.

Tak hanya itu, YS juga memaksa korban untuk menyaksikan adegan ranjang dirnya bersama suami lewat sebuah jendela di rumahnya.

Asi menyebut jika para korban saat ini mengalami kondisi trauma usai peristiwa tersebut.

"Saat ini 9 anak yang kami tempatkan di area sama, sisanya kami mau tempatkan. Tapi menurut pengujian kita menganalisa ternyata mereka belum siap," dikutip dari tvOnenews, Sabtu, 11 Februari 2023.

"Ada sebagian orang tua yang tidak bersedia karena mereka menganggap masih bisa mengatuh serta mengawasi di rumah," lanjutnya.

Gejala trauma yang dialami korban seperti berhalusinasi melihat sosok YS. "Sudah terlihat gejala trauma, 10 dari 11 itu sudah terekam bagaiman dia melakukan, bagaimana dia memberikan kode-kode," terang Asi.

"Sehingga anak-anak itu bilang semua, 'Bu, yang ada di pikiran kami tuh yang dilakukan oleh YN (pelaku pencabulan) kami merasa kadang-kadang lagi tidur, dia lewat melintasi atau kami lagi bermain dia melintas'," imbuhnya.

Dampak anak-anak yang disuruh menonton film porno, kini ada juga anak yang selalu ingin nonton film porno.

"Ada satu anak berkata, 'rasanya tangan saya pingin sekali bu, Buka HP yang ada pornonya,' Makanya kami kemarin secepat mungkin merehat dia secara menyeluruh dia Sentra Alyatama," sambungnya

Selain itu, ada juga korban yang mengalami ketakutan dan rasa cemas. "Ada anak yang ketakutan, ada yang cemas, ada yang nggak berani kemana-mana dan mengurung diri." ucapnya.

10 anak korban pelecehan seksual ditempatkan di Sentra Alyatama untuk mendapatkan pemulihan psikologis dan psikososial. Terutama beberapa anak yang mengalami trauma dan berdampak dalam kehidupan sosialnya ke depan.