7 Presiden Dituduh Paling Korupsi di Dunia, Indonesia Urutan Nomor 1, Siapa Sosoknya?

Slobodan Milosevic , Presiden Serbia (1989-2000)
Sumber :
  • screenshoot by Viva

Ferdinand Marcos memasuki dunia politik pada akhir tahun 1940-an setelah Perang Dunia ke-2. Ia mencalonkan diri pada pemilu Filipina di tahun 1965 dan menang, sebagian karena klaimnya atas keberanian dan prestasinya selama perang.

Selama masa jabatan keduanya pada tahun 1969-1972, Marcos menghadapi krisis utang akibat kebijakan belanja publik yang tinggi untuk proyek-proyek infrastruktur. Hal ini menimbulkan kepentingan sipil dan meningkatnya oposisi politik yang menyebabkan Marcos mengumumkan darurat militer, yang menempatkannya sebagai satu-satunya pemimpin negara.

Periode ini berlangsung hingga tahun 1986 ketika masa jabatannya sebagai pemimpin berakhir. Pada tahun 1986, Marcos terpaksa mengadakan pemilihan umum cepat karena meningkatnya ketidakpopuleran dan ancaman kudeta, yang berakhir dengan keragu-raguan yang rumit karena berbagai penghitungan suara menyatakan pemenang yang berbeda.

Revolusi terjadi dan Marcos terpaksa mengungsi ke Hawaii. Marcos membawa serta uang tunai sekitar $717 juta, sejumlah peti benda fisik berharga, emas, dan slip deposito senilai total $124 juta.  

Semua ini dikumpulkan secara ilegal selama masa kekuasaannya. Secara keseluruhan, dia diperkirakan telah mencuri $5-$10 miliar dari Bank Sentral Filipina. Dia meninggal pada Januari 1995 tanpa diadili.

Viktor Yanukovych - Presiden/Perdana Menteri Ukraina (2002-2014)

Dana yang diduga digelapkan: $5 miliar atau Rp 76 triliun

Viktor Yanukovych, Presiden Ukraina (2002-2014)

Photo :
  • screenshoot by Viva

Viktor Yanukovych memegang berbagai posisi Perdana Menteri dan Presiden Ukraina dari tahun 2002 hingga 2014.

Selama masa jabatannya, ia semakin bersimpati pada afiliasinya dengan Rusia dan mewakili kepentingan bisnis besar di Ukraina. Setelah parlemen Ukraina melakukan pemungutan suara untuk menandatangani dokumen yang bertujuan untuk lebih mengikat negaranya dengan UE, Yanukovych malah memutuskan untuk menolak pemungutan suara tersebut pada menit-menit terakhir di bawah tekanan dari Rusia.