Dianggap ODGJ, Seorang Guru di Tasikmalaya Nangis pada KDM Sebab Diminta Pensiun Dini

KDM dan Ila Nurnafilah
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jabar – Seorang guru asal Tasikmalaya tak kuasa menahan tangisnya. Guru yang bernama Ila Nurnafilah itu mengadu dan menangis saat bertemu dengan Kang Dedi Mulyadi (KDM) di rumahnya di Lembur Pakuan, Subang.

Diketahui, Ila merupakan guru di SDN Gobras, Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Tasikmalaya. Dia mengadukan nasibnya yang kini berada di ujung tanduk. Pasalnya, Ia kini diminta pensiun dini karena dianggap sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Perempuan yang menyandang status ASN sejak tahun 1999 itu menjelaskan belum lama ini suaminya diminta untuk menandatangani surat yang menerangkan istrinya yang tak lain Ila mengalami gangguan jiwa sehingga mengajukan pensiun.

KDM dan Ila Nurnafilah

Photo :
  • Istimewa

“Surat itu dibawa oleh Kepala Sekolah (Kepsek) Pak Solihin. Surat itu disuruh ditandatangani oleh suami saya sambil menyodorkan pulpen, tapi suami saya kaget dan tidak diteken,” ujar Ila dengan mata berkaca-kaca.

Menurut Ila pasca kejadian tersebut tugas mengajarnya di sekolah diganti oleh orang lain. Ia pun tetap digaji sebagai ASN tetapi tidak menerima sertifikasi karena tidak lagi mengajar alias dibebastugaskan.

Saat digali lebih dalam oleh KDM, Ila menceritakan awal mula permasalahan terus menerpa dirinya. Bermula saat Ila yang juga pendiri salah satu koperasi berencana meminjam uang dan meminta haknya.

Meski berstatus sebagai pendiri, namun Ila tak mendapatkan apa yang ia minta. Ila mengaku justru mendapatkan perlakuan tak mengenakkan dari salah seorang oknum yakni penamparan.

Singkat cerita, Ila didampingi kuasa hukumnya mengajukan gugatan ke pengadilan. Dari situlah ekonomi Ila mulai goyah karena uang habis untuk biaya persidangan.

Tahun lalu, kata Ila, ia pernah izin secara lisan pada Kepsek untuk ke Lampung. Ia pergi untuk mencari nafkah tambahan dengan berjualan aneka macam oleh-oleh khas Tasikmalaya.

“Tiba-tiba Senin pulang saya diberi hukuman membersihkan perpustakaan karena sudah dua tahun corona tidak dipakai, saya terima. Terus isi kelas yang kosong tidak ada gurunya. Terus saya disuruh buat pidato. Gara-gara empat hari tidak mengajar diberi hukuman selama sebulan itu,” katanya.

Sambil menangis Ila pun menceritakan seluruh data absensi telah diubah. Ia mengaku setiap hari masuk sekolah dan tanda tangan absen. Namun data tersebut belakangan telah berubah.

“Saya yang paling sakit hati itu data diubah. Saya sudah paraf semua, tapi diubah semua, saya paraf karena itu untuk pencairan,” ujar Ila sambil memperlihatkan kertas absen yang kini suda tak ada tanda tangannya.

Sementara itu, Kang Dedi Mulyadi menilai dari seluruh rangkaian cerita Ila mengalami problem keluarga dan keuangan sehingga berdampak pada kekacauan tugasnya sebagai pengajar.

Meski begitu, KDM meragukan klaim sekolah terkait gangguan kejiwaan. Sebab selama obrolan KDM sengaja bertanya detail dan bisa dijawab lugas oleh Ila.

“Bisa jadi yang ada problem itu ibu (Ila) mengalami proses hubungan yang kurang baik dengan kepala sekolah,” kata KDM.

KDM tak bisa berspekulasi lebih jauh karena ia akan mencoba menjembatani permasalahan tersebut dengan pihak sekolah. Ia akan mengklarifikasi mulai dari soal gangguan jiwa sampai dugaan mengubah data Ila.

“Saya tidak bisa langsung menyimpulkan karena saya harus konfrontir dengan kepala sekolah. Tapi yang pasti saat ini adalah ibu mengalami suami sakit, kemudian uang gaji habis karena melakukan spekulasi di luar tugas guru kemudian masuk ke sengketa keuangan pribadi,” ujar Kang Dedi Mulyadi.