Sri Irdayati, Pendiri Sekolah Bisnis untuk Anak-anak yang Terinspirasi dari Film Kartun

Sri Irdayati, pelopor sekolah bisnis untuk anak-anak
Sumber :
  • Astra Satu Indonesia

VIVA Jabar – Sumber inspirasi dapat berupa apapun, tak perlu berupa hal besar dan serius. Inspirasi bisa saja datang hari hal kecil dan bahkan dari sesuatu tidak sebanding dengan efek besar yang ditimbulkannya.

Seperti halnya film kartun Richie Rich yang mengisahkan seorang bocah anak konglomerat Amerika Serikat yang begitu pandai berbicara tentang pergerakan saham. Kendati begitu, bocah tersebut tidak kehilangan masa kanak-kanaknya.

Film tersebut yang menginspirasi Sri Irdayati, perempuan asal Pemangkat, Kalimantan Barat untuk mendirikan Sekolah Bisnis untuk anak-anak dalam rangka menanamkan jiwa enterpreneur sejak dini.

Dengan berbekal ilmu manajemen yang luas, serta pemahaman yang dalam terhadap dunia anak-anak, Sri Irdayati menilai bahwa usia anak-anak merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan keberanian terhadap resiko. Dengan demikian, ia berpikir dunia manajemen dan bisnis perlu diajarkan sejak dini agar kelak benar-benar matang dan berani menerima tantangan berserta resiko bisnis.

Alhasil, perempuan kelahiran 6 Juli 1985 itu lulus dari Universitas Diponegoro, Semarang pada tahun 2007 tidak berniat sedikitpun untuk mencari kerja. Ia berpikir untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.

Dengan dorongan film Richie Rich yang menginspirasi itu ia mendirikan sekolah Bisnis untuk anak-anak dengan dibantu seorang teman kampusnya dan dua rekan di Fakultas Psikologi, yakni Katri Septiana Dewi, Arika Normalasari, dan Aprihatiningrum Hidayati. Dia mengemukakan idenya untuk membuat sekolah bisnis anak dengan tema besar "Education for Indonesia".

Kemudian, Sri Irdayati menawarkan program pendidikan bisnisnya tersebut ke sekolah-sekolah. Sayang sekali, hampir semua sekolah yang ia datangi menolak.

Tak hanya ditolak oleh pihak sekolah, para orang tua juga tidak menyambut baik ide dan program Sri Irdayati tersebut. Mereka beranggapan usia anak-anak belum layak menerima pelajaran bisnis. Ditambah lagi ada yang beranggapan apabila bisnis dikenalkan pada anak-anak hanya akan membentuk kepribadian yang matre.

Namun, berbagai tantangan tersebut tidak lantas membuat tekat Sri Irdayati surut. Pada tahun 2010, tepatnya di Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, sekolah bisnis itu terus ia rintis di sebuah kontrakan yang disewa oleh suami Sri Irdayati, Dedi Purwanto.

Di tempat itulah, perempuan yang akrab dipanggil Irda itu membuka kursus Bahasa Inggris secara gratis sembari mengajarkan bisnis terhadap anak didiknya.

Di awal-awal, kelas gratis yang ia siapkan itu hanya ada 7 orang. Usianya antara 7 sampai 12 tahun. Mereka dilatih untuk membuat usaha dari manik-manik sebagai bahan gelang dan kalung untuk dijual. Tak hanya itu, mereka juga diajari membuat neraca keuangan sederhana, mengajarkan berhitung bahkan tentang laba profit sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan berhitungnya pada mata pelajaran di sekolah.

Sri Irdayati, pelopor sekolah bisnis untuk anak-anak

Photo :
  • viva.co.id

Satu hal yang diterapkan oleh Irda adalah sistem pembelajaran langsung dengan meminta anak didiknya untuk berbelanja ke pasar agar melihat bagaimana interaksi orang berdagang. Anak-anak didik Irda itu pun, termasuk Irda sendiri, menggunakan predikat BOS (bakal orang sukses).

Usaha Sri Irdayati mungkin belum terasa saat ini, tapi ia yakin akan membuahkan hasil manis bagi masa depan anak-anak didiknya itu serta membawa perubahan bagi wajah generasi bangsa di masa depan.

Karena semangat dan usahanya tersebut, Sri Irdayati mendapatkan Apresiasi SATU Indonesia Awards pada tahun 2010 yang lalu.

Sebagaimana diketahui, Satu Indonesia Awards (SIA) merupakan wujud Apresiasi dari PT. Astra Internasional Tbk untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang.