Sebut Hoaks ke dr. Djaja, Bantahan Prof Eddy Dirujak Netter

Kasus 'Kopi Sianida', Ahli Forensik / Saksi Ahli Terdakwa (dr. Djaja)
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar - Bantahan Wakil Menteri Hukum dan HAM (Wamenkumham), Prof Edward Omar Sharif Hiariej soal pernyataan dr. Djaja Surya Atmadja yang menganggap nir autopsi, dirujak penghuni sosial media (netizen).

Sebagaimana diketahui, Wamenkumham merupakan salah satu saksi ahli hukum pidana yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang kasus 'Kopi Sianida' pada 2016 silam. 

Prof Eddy, begitu Wamenkumham biasa disapa, menegaskan bahwa pernyataan dr. Djaja yang menyebut sidang kasus Jessica nir autopsi dan tidak ditemukannya kadar sianida di jasad Mirna, hanyalah hoaks

"Bahwa (narasi) tidak ada autopsi itu hoaks. (Autopsi dilakukan sebagian) karena sudah ditemukan sianida itu di lambung. Kan diambil sampelnya yang 0,2 itu," kata Prof Eddy di YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo.

Prof Eddy pun menepis keterangan dr. Djaja bahkan menyebutkan pernyataan dokter forensik tidak valid dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara fakta. 

Sebab, kata dia, Djaja tidak melakukan pemeriksaan terhadap jasad Mirna dalam kasus ‘Kopi Sianida’ 2016 silam. 

"Seorang ahli memberikan keterangan secara garis besar itu ada dua. Ada ahli ketika akan memberikan keterangan itu tidak melakukan apa-apa. Tetapi ada ahli ketika akan memberikan keterangan dia harus melakukan eksperimen, harus melakukan observasi, harus melakukan pemeriksaan," ungkapnya

"Tapi kan dr Djaja tidak melakukan autopsi. Kalau nilai pembuktian orang tidak melakukan autopsi, lalu dia bicara itu tidak beda dengan orang yang ngomong sembarangan di pinggir jalan," sambungnya.

Eddy menegaskan, peran Djaja dalam kasus ini hanya sekedar melakukan pembalseman jenazah, sehingga apa yang disampaikan dalam beberapa kesempatan tidak bisa dianggap benar atau tidak valid. 

Ahli hukum Prof. Edward Omar Sharif Hiarej

Photo :
  • intipseleb.com

Sontak saja, kritik tajam Prof Eddy ke dr. Djaja menuai beragam komentar dari warganet. Tidak sedikit yang merasa pernyataan Eddy seolah menutupi sesuatu. Ada juga yang beranggapan Eddy terkesan merendahkan dr Djaja. 

"Semakin nonton podcast, semakin kecewa karena yang menjelaskan teori-teori kimia nya malah orang yang bukan ahlinya. Giliran ahli yang menjelaskan malah dikatain ‘orang ngomong di pinggir jalan’,” komentar salah seorang warganet 

Sadis bener pernyataan prof edy yg menilai pernyataan dr.djaya tidak lebih dari org di pinggir jalan. Padahal jelas2 dia org yg juga pertama melihat mayat almarhum dikamar mayat, sbgai dokter tentu punya kapabilitas keilmuan dan pengalaman terhadap mayat dr.djaya juga ga memberikan keterangan yg sembarangan. Sebagai wamenkumham saya rasa tidak etis pernyataan seperti itu” ungkap warganet

"Semakin mendengar penjelasan bapak ini, semakin yakin bahwa dia adalah pejuang pembenaran bukan kebenaran,” komentar warganet 

Dosa apa coba Indonesia punya Wamenkumham kayak gini,” tulis warganet 

"bang deny, kalau ada kematian tidak wajar harus otopsi walaupun keluarga ga rela. Ngga ada otopsi, ga ada sebab mati, ga ada tersangka. Narsumnya bilang 'ngga ada otopsi itu hoax', lah, dr. Slamet aja bersaksi tidak mengotopsi. Akhirnya dr mayat mendiang cuma diambil sampel doang. Klo otopsi ada, narsum sebutin dong dokternya siapa melakukan otopsi?,” tulis warganet