Dianggap Telah Dilanggar oleh Laskar Manguni, Inilah Kearifan Lokal Falsafah Huma Betang
- screenshoot berita VivaNews
VIVA Jabar – Masyarakat Kalimantan Tengah memiliki kearifan lokal yang telah diyakini sejak lama, yaitu Falsafah Huma Betang, yang diyakini dapat menjaga perdamaian.
Falsafah Huma Betang dapat diartikan secara sederhana sebagai 'rumah besar yang ditempati oleh banyak orang dengan beragam agama dan kepercayaan, namun tetap hidup dalam keselarasan dan kedamaian'.
Munculnya nilai-nilai perdamaian dalam Falsafah Huma Betang dipengaruhi oleh Perjanjian Rapat Damai Tumbang Anoi, yang diadakan di rumah Betang Tumbang Anoi, Kabupaten Gunung Mas pada tanggal 22-24 Mei 1894.
Perjanjian ini menghasilkan tiga kesepakatan utama, yaitu perdamaian, penghentian sistem budah, dan mengacu pada sistem adat. Falsafah Huma Betang merupakan salah satu aspek budaya yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.
Falsafah Huma Betang kembali diperkenalkan saat penanganan konflik antara suku Dayak dan Madura. Falsafah ini memberikan pemahaman kepada warga Dayak dan Madura untuk hidup secara harmonis dan damai setelah konflik tersebut.