Dedi Mulyadi Sebut Gibran Kuasai Tiga Kelebihan yang Bisa Guncang Jagat Politik

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka
Sumber :
  • Berbagai Sumber

VIVA Jabar – Cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka masih menjadi perbincangan karena berhasil membuat kejutan. Di balik sosoknya yang dianggap lugu dan sebagian orang menyebutnya bocah ingusan, Gibran tampil debat memukau.

Kang Dedi Mulyadi (KDM) menilai kebiasaan orang menilai seseorang dari penampilannya kini bisa terbantahkan. Tak hanya pada Gibran, sosok ayahnya yang tak lain Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun dulu kerap diremehkan.

“Dulu Pak Jokowi banyak yang memberikan julukan planga-plongo, ada pengamat yang menyebut presiden terlemah sepanjang sejarah, ternyata seluruh analisis itu gagal,” ucap KDM.

Justru sebaliknya, Jokowi yang terlihat adem justru menguasai semua hal dalam pengelolaan pemerintahan dan keberaniannya mengeksekusi dengan cepat juga tepat. Atas keberaniannya tersebut, KDM menilai Jokowi menjadi presiden terkuat dalam sejarah Indonesia.

Hal tersebut, kata KDM, bisa dilihat dari akhir masa jabatan presiden yang biasanya mengalami penurunan kepercayaan, bully-an dan citra yang mulai redup, justru Jokowi sebaliknya karena semakin kokoh menguasai dan mengendalikan.

Sehingga KDM mengingatkan pada semua orang untuk berhati-hati pada sosok Gibran yang tak jauh berbeda dengan Jokowi. Terlebih Gibran memiliki tiga kelebihan yang tidak bisa diremehkan.

Pertama dari segi usia Gibran masih tergolong pemimpin dan politisi muda yang sangat menguasai teknologi, informasi dan komunikasi.

“Kita dulu mau tambah pengetahuan harus cari buku, sementara hari ini tinggal buka google seluruh literatur digital bisa didapat sehingga pengetahuan mereka cepat, kemudian kemampuan mereka membangun brand. Ini yang tidak boleh diremehkan,” ucapnya.

Kedua, lanjut KDM, Gibran mengerti dan menguasai budaya Jawa yang menerapkan etika, budi pekerti, adab, bersikap tenang, hormat pada semua orang, tidak mudah emosional. Budaya tersebut kemudian diterapkan Gibran dalam kesehariannya.

Terakhir, Gibran yang merupakan putra Solo memiliki tradisi spiritualitas yang kuat. Mulai dari tradisi berpuasa, menghindari pantangan tertentu hingga membuat perhitungan dalam setiap langkahnya.

“Sehingga tiga hal itu sudah masuk dalam kemapanan. Pertama intelektual yang memadai, kedua tradisi dia dalam berpendidikan Jawa, dan ketiga didikan spiritual dari orang tuanya, tradisi keprihatinan dalam keluarganya dalam membentuk karakter dirinya,” ujar pria yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu.

Dengan berbekal itulah, Kang Dedi Mulyadi menilai Gibran sebagai sosok yang tidak sembarangan. Ia berharap seluruh pihak tidak lagi meremehkannya.

“Sehingga saya sampaikan hati-hati pada Mas Gibran. Yang lain politisi polos-polos, yang lain berucap tidak dengan isinya tidak dengan rasanya, yang ini hati-hati, jarang berucap tapi sekali berucap bisa mengguncang jagat politik dan dunia,” pungkas KDM.