AS Kirim Kapal Siluman ke Yaman, Houthi Siap Perang Total
- screenshoot berita VivaNews
Jabar – Timur Tengah kembali menjadi medan perang bagi militer Amerika Serikat (AS). Kali ini, AS mengincar milisi Houthi Yaman yang dituduh sebagai organisasi teroris dan mengancam keamanan maritim di kawasan tersebut.
Untuk itu, AS tidak tanggung-tanggung mengirimkan alat utama sistem persenjataan dengan kemampuan siluman ke Timur Tengah.
Alat utama sistem persenjataan itu adalah kapal perang siluman Combatant Craft Assault (CCA). Kapal siluman ini merupakan aset penting yang dioperasikan oleh Tim Kapal Grup Perang Khusus Angkatan Laut 4.
Kapal siluman ini memiliki kecepatan tinggi dan kemampuan kamuflase yang membuatnya sulit terdeteksi oleh radar musuh.
"Demi memperkuat armada tempurnya dalam operasi tempur di Yaman, militer Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah mengirim alat utama sistem persenjataan dengan kemampuan siluman ke Timur Tengah," demikian laporan VIVA Jabar dari Defence Blog.
Kapal siluman ini akan bergabung dengan kelompok serbu Angkatan Laut AS (US Navy) yang sedang intens membombardir Yaman. Kelompok serbu ini berbasis di kapal pangkalan bergerak ekspedisi USS Lewis B. Puller (ESB-3).
"Komando Perang Khusus Angkatan Laut AS (USNSWC) bahkan sudah memamerkan kemampuan kapal cepat dengan kemampuan kamuflase di Teluk Oman, Minggu 21 Januari 2024," lanjut laporan tersebut.
Kapal siluman Combatant Craft Assault nantinya akan ditempatkan di Armada ke-5 Angkatan Laut Amerika Serikat yang berbasis di Bahrain. Dari sana, kapal siluman ini akan beroperasi sesuai dengan wilayah armada.
"Melihat penempatannya, kapal siluman militer Amerika Serikat itu akan beroperasi sesuai dengan wilayah armada. Mulai dari Teluk Persia, Laut Merah dan sebagian perairan Samudera Hindia," tulis Defence Blog.
Dalam pernyataannya, Armada ke-5 menegaskan jika penempatan kapal siluman itu adalah bentuk dukungan AS terhadap keamanan di Timur Tengah.
"Pengerahan strategis tersebut bertujuan untuk berkontribusi terhadap keamanan dan stabilitas maritim di kawasan Timur Tengah," bunyi pernyataan Armada ke-5 Angkatan Laut Amerika Serikat.
Peran utama kapal siluman Combatant Craft Assault dalam operasi adalah Pencegatan Maritim Jarak Menengah (MIO) dalam lingkungan ancaman menengah hingga tinggi.
Kapal siluman ini juga bisa meningkatkan kemampuan unit angkatan laut dalam menghadapi berbagai skenario pertempuran.
Kapal siluman Combatant Craft Assault tiba di Timur Tengah usai militer Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara di Yaman, sejak 12 Januari 2023 lalu. Sasarannya adalah membongkar blokade milisi Houthi Yaman di Laut Merah.
Tak hanya itu, Amerika juga mengusu misi memberantas milisi Houthi Yaman (Ansar Allah) yang telah dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris. AS menuduh Houthi sebagai ancaman bagi keamanan nasional dan regional, serta pelanggar hak asasi manusia.
Sementara itu, Houthi menolak tuduhan AS dan menuding AS sebagai penjajah dan pembunuh rakyat Yaman.
Houthi juga mengklaim sebagai pihak yang sah dalam konflik Yaman dan menuntut penghentian agresi militer AS dan sekutunya
Jabar – Timur Tengah kembali menjadi medan perang bagi militer Amerika Serikat (AS). Kali ini, AS mengincar milisi Houthi Yaman yang dituduh sebagai organisasi teroris dan mengancam keamanan maritim di kawasan tersebut.
Untuk itu, AS tidak tanggung-tanggung mengirimkan alat utama sistem persenjataan dengan kemampuan siluman ke Timur Tengah.
Alat utama sistem persenjataan itu adalah kapal perang siluman Combatant Craft Assault (CCA). Kapal siluman ini merupakan aset penting yang dioperasikan oleh Tim Kapal Grup Perang Khusus Angkatan Laut 4.
Kapal siluman ini memiliki kecepatan tinggi dan kemampuan kamuflase yang membuatnya sulit terdeteksi oleh radar musuh.
"Demi memperkuat armada tempurnya dalam operasi tempur di Yaman, militer Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah mengirim alat utama sistem persenjataan dengan kemampuan siluman ke Timur Tengah," demikian laporan VIVA Jabar dari Defence Blog.
Kapal siluman ini akan bergabung dengan kelompok serbu Angkatan Laut AS (US Navy) yang sedang intens membombardir Yaman. Kelompok serbu ini berbasis di kapal pangkalan bergerak ekspedisi USS Lewis B. Puller (ESB-3).
"Komando Perang Khusus Angkatan Laut AS (USNSWC) bahkan sudah memamerkan kemampuan kapal cepat dengan kemampuan kamuflase di Teluk Oman, Minggu 21 Januari 2024," lanjut laporan tersebut.
Kapal siluman Combatant Craft Assault nantinya akan ditempatkan di Armada ke-5 Angkatan Laut Amerika Serikat yang berbasis di Bahrain. Dari sana, kapal siluman ini akan beroperasi sesuai dengan wilayah armada.
"Melihat penempatannya, kapal siluman militer Amerika Serikat itu akan beroperasi sesuai dengan wilayah armada. Mulai dari Teluk Persia, Laut Merah dan sebagian perairan Samudera Hindia," tulis Defence Blog.
Dalam pernyataannya, Armada ke-5 menegaskan jika penempatan kapal siluman itu adalah bentuk dukungan AS terhadap keamanan di Timur Tengah.
"Pengerahan strategis tersebut bertujuan untuk berkontribusi terhadap keamanan dan stabilitas maritim di kawasan Timur Tengah," bunyi pernyataan Armada ke-5 Angkatan Laut Amerika Serikat.
Peran utama kapal siluman Combatant Craft Assault dalam operasi adalah Pencegatan Maritim Jarak Menengah (MIO) dalam lingkungan ancaman menengah hingga tinggi.
Kapal siluman ini juga bisa meningkatkan kemampuan unit angkatan laut dalam menghadapi berbagai skenario pertempuran.
Kapal siluman Combatant Craft Assault tiba di Timur Tengah usai militer Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara di Yaman, sejak 12 Januari 2023 lalu. Sasarannya adalah membongkar blokade milisi Houthi Yaman di Laut Merah.
Tak hanya itu, Amerika juga mengusu misi memberantas milisi Houthi Yaman (Ansar Allah) yang telah dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris. AS menuduh Houthi sebagai ancaman bagi keamanan nasional dan regional, serta pelanggar hak asasi manusia.
Sementara itu, Houthi menolak tuduhan AS dan menuding AS sebagai penjajah dan pembunuh rakyat Yaman.
Houthi juga mengklaim sebagai pihak yang sah dalam konflik Yaman dan menuntut penghentian agresi militer AS dan sekutunya