Ahok Sindir Bansos Jokowi Mirip Zaman Kerajaan, Bahlil: Dia Enggak Paham Rakyat Kecil

Ahok dan Bahlil.
Sumber :
  • VIVA Jateng.

JabarAhok, yang pernah menjabat sebagai Komut Pertamina, melontarkan sindiran pedas terhadap penyaluran bansos yang dilakukan oleh pemerintah Jokowi. Menurutnya, bansos sekarang ini seperti pemberian sedekah dari raja kepada rakyat yang meminta belas kasihan.

"Kalau zaman kerajaan, rakyat minta kasihan raja, raja pilih siapa yang layak dikasihani. Itu kan enggak adil. Sekarang juga sama, bansos itu kan enggak jelas siapa yang dapat, siapa yang enggak," ujar Ahok dalam sebuah acara diskusi, Minggu, 4 Februari 2024.

Ahok juga menyoroti cara pembagian bansos yang dinilainya tidak efektif dan tidak transparan. Ia mengkritik Mensos yang berasal dari PDIP yang sering membagikan bansos dengan membuat tenda di lokasi-lokasi tertentu.

"Mensos kan dari PDIP, ya buat aja dia bagi. Bila perlu dia buat tenda, dia bagi, enggak apa-apa kok. Pak Presiden enggak mungkin larang, orang tugas dia kok. Tapi kan enggak efisien, enggak transparan, enggak adil. Harusnya pakai data, pakai teknologi, pakai sistem," kata Ahok.

Sindiran Ahok ini sontak menuai reaksi dari Bahlil Lahadalia, politikus Golkar yang juga menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM. Bahlil mengecam Ahok dan mengatakan dia tidak paham keadaan rakyat kecil yang membutuhkan bansos.

"Enggak perlu menurut saya ditanggapi. Itu kan pikiran Ahok yang tidak merepresentasikan pikiran rakyat kecil. Dia kan hidupnya enak, enggak pernah merasakan susahnya jadi miskin atau kelas menengah ke bawah. Jangan merasa diri bahwa kehidupan kita sama dengan yang lain. Jadi biarkanlah rakyat yang menilai," terang Bahlil di Kompleks Kepresidenan Jakarta, Senin, 5 Februari 2024.

Bahlil berpendapat, jika ada paslon Presiden yang mengecam pembagian bansos itu artinya tidak suka dengan masyarakat yang memerlukan. Ia mengatakan pembagian bansos ini sudah lama dilakukan, dan cara membagikannya juga tidak masalah apakah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), atau menteri-menterinya.