Penjelasan Lengkap Dedi Mulyadi Soal Viral Perbandingan Harga Beras dan Skincare
- Istimewa
VIVA Jabar – Belakangan ini nama Kang Dedi Mulyadi (KDM) kembali viral dengan pernyataannya yang dianggap membandingkan harga beras dengan skincare. Lalu bagaimana penjelasannya?
Hal tersebut bermula dari KDM yang mengecek harga beras di salah satu pasar di Subang. Dalam tayangan youtube Kang Dedi Mulyadi Channel ia mengungkapkan sejumlah permasalahan yang menjadi bagian dari naiknya harga beras yang mencapai Rp 18 ribu per kg untuk kelas premium.
“Setiap hari makan nasi dari beras tapi tidak pernah menghargai sawah dan buruh tani. Terus-terusan beras harus murah tapi setiap hari perumahan, pabrik, ruko dibangun dengan menggusur sawah,” ucap KDM.
Menurutnya hal tersebut seharusnya menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak meremehkan keberadaan sawah. Sebab semakin berkurangnya luasan sawah akan menurunkan angka produksi yang berimbas pada harga beras.
Pria yang juga mantan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI itu menilai pola pikir masyarakat perlu diubah agar bisa mengalokasikan keuangan secara baik dan tidak terjebak dalam konsumerisme.
“Harga skincare, rokok, HP, motor, baju naik diam saja tetap pada beli, giliran harga beras yang naik ribut semuanya serasa dunia mau kiamat,” ujarnya.
Ia mencontohkan, untuk satu kali membeli paket skincare orang rela mengeluarkan uang minimal Rp 150 ribu per bulan. Begitupun orang rela merogoh minimal Rp 20 ribu demi membeli satu bungkus rokok per hari.
Jika dibandingkan harga beras uang tersebut bisa untuk membeli minimal 10 kg beras. Sementara hitungan BPS dan Kementan tahun 2022 rata-rata orang mengkonsumsi beras 0,222 kg per hari yang artinya 10 kg beras bisa untuk sekitar 40-45 hari.
“Jadi utamakan itu bukan yang dipakai tapi yang diutamakan itu yang dimakan. Di kita itu suka terbalik mending makan hanya pakai sambal daripada tidak pakai gelang,” ucapnya.
Ke depan, kata KDM, tugas pemerintah tidak hanya memastikan ketersediaan dan meningkatkan produktivitas pangan tapi juga memperbaiki mindset atau pola pikir masyarakat.
Rakyat Butuh Pangan Murah, Petani Butuh Hidup Sejahtera
Terkait hal tersebut KDM mengatakan, petani tidak boleh dirugikan. Negara harus membeli gabah dari petani dengan harga layak. Sebab di negara lain petani tak perlu memikirkan apapun mulai dari pupuk, obat-obatan hingga infrastruktur telah disiapkan negara kemudian hasil produksinya dibeli.
“Kalau ingin harga gabah standar, pemerintah harus membeli hasil produksi rakyat. Kemudian, pemerintah bisa menjualnya dengan harga standar, tidak boleh meningkat lagi,” katanya.
Menurutnya selama ini petani selalu diam dan menerima setiap keputusan negara dan pasar soal harga beras. Termasuk mereka hanya bisa diam saat beras impor masuk yang terindikasi menguntungkan para oknum.
Untuk itu ke depan perlu ada kebijakan yang melindungi rakyat dan para petani. Seperti subsidi beras untuk warga miskin untuk memenuhi kebutuhan pangan bulanan mereka. Namun perlu diperhatikan adalah pendataan harus dilakukan secara betul-betul agar tepat sasaran.
“Kemensos melakukan pendataan ulang agar bantuan tidak jatuh pada orang-orang kaya, kemudian pasar tetap baradinamika sesuai kebutuhan maka orang-orang kelas menengah dan atas bisa membeli beras dengan harga kompetitif,” ucapnya.
Begitupun para petani harus mendapat bantuan mulai dari pupuk hingga infrastrukturnya. Termasuk perlindungan kesehatan, kecelakaan kerja hingga jaminan masa tuanya. Sebab selama ini petani selalu dianggap profesi yang dipandang sebelah mata karena selalu diam tak pernah protes.
“Rakyat butuh pangan murah, petani butuh hidup sejahtera. Keduanya bisa diwujudkan, subsidi rakyat yang tidak punya kemampuan membeli beras dan dorong petani mengalami pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraannya cukup. Negara adil, rakyat Makmur,” ujar KDM.
Terakhir, Kang Dedi Mulyadi pun menerima dengan baik segala bentuk pernyataan dan kritik yang diarahkan padanya. “Saya terima dengan baik sebagai bagian dinamika kita dalam membangun wacana berpikir agar bisa saling mengintropeksi diri,” ucapnya.