Dugaan Malpraktik Rumah Sakit di Karawang, Seorang Bayi Meninggal Usai Disuntik Antibiotik
- Istimewa
VIVA Jabar – Telah terjadi dugaan malpraktik di salah satu rumah sakit di Desa Karyamukti, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang. Seorang bayi baru lahir meninggal dunia usai disuntik antibiotik.
Bayi tersebut putra pertama dari Nana dan Novitasari. Pasangan suami istri itu tak menyangka harus kehilangan sang buah hati diduga akibat malpraktik.
Kronologi kejadian bermula saat Novitasari harus menjalani prosedur melahirkan secara cesar pada Senin, 22 April 2024 di rumah sakit tersebut. Sang bayi lahir dengan selamat pada pukul 12.10 WIB dengan warna kulit kemerahan, tinggi 45 centimeter dan berat badan 2,5 kilogram.
"Pas bayi lahir itu Alhamdulillah sehat-sehat aja, kata suster juga bayi lahir dengan kulit kemerahan, cuman air ketubannya berwarna hijau dan berbau," ujar Nana kepada wartawan baru-baru ini.
Setelah itu, Nana diharusken mengurus berkas persyaratan pengajuan BPJS untuk menanggung biaya melahirkan sang istri.
"Abis itu saya disuruh ngisi berkas-berkas, terus fotokopi ini (berkas) buat bikin KIS. Setelah melengkapi ini (berkas) saya disuruh bawa perlengkapan bayi, kaya popok, susu, ndot, baju bayi," kata dia.
Setelah keluar dari ruang pemulihan, Novitasari dipindahkan ke ruang rawat inap. Ia juga sempat dipertemukan dengan sang bayi dan bahkan menyusui sebelum dibawa ke ruang bayi.
"Udah sempet (disusui ibunya) dan itu gak ada masalah, dan di situ juga bayi mau nyusu," ucap Nana sembari memperlihatkan berkas surat keterangan lahir dari pihak rumah sakit.
Nana mengatakan, istri dan sang buah hati diperbolehkan pulang setelah 2-3 hari masa pemulihan selesai.
"Tunggu 2-3 hari (untuk pulang) setelah selesai ini berkas, kita tunggu si bayi bisa buang air besar dan buang air kecil," terangnya.
Namun Nana dikejutkan dengan kabar kurang baik, saat hari ketiga di ruang rawat inap, tiba-tiba sang bayi tidak bisa pulang diduga mengalami kelainan medis, pada Rabu (24/4/2024).
"Tiba-tiba hari ketiga pas mau pulang itu, si bayi gak bisa pulang, alasannya ada sel darah putih yang ngegumpal diotaknya (bayi) itu, terus ada yang bilang juga kata rumah sakit itu keracunan air ketuban," ungkap Nana.
Padahal, kata Nana, ketika hari pertama lahir saat dirinya mengadzani sang bayi, ia menerima kabar dari pihak medis bahwa anaknya terlahir sehat tanpa kelainan atau penyakit apapun.
"Pas hari pertama, pas saya ngadzanin, katanya enggak ada penyakit apa-apa, saya cuma disuruh fotokopi berkas aja buat bikin KIS sama disuruh bawa perlengkapan bayi udah sempat diomongin pulangya tunggu 2-3 hari," imbuhnya.
Saat itu pada hari ketiga menjelang pulang, kata Nana, pihak rumah sakit tidak mengkonfirmasi kepadanya untuk melakukan tindakan apapun terhadap bayi, namun sang bayi disuntik antibiotik, "Enggak ada tindakan apa-apa, cuman dikasih antibiotik doang," lanjutnya.
Setelah disuntik antibiotik, kondisi tubuh anak Nana spontan berubah menjadi dingin, ia melihat tubuh bayinya berubah pucat dan berwarna kebiru-biruan.
"Kondisinya langsung berubah jadi pucat, dingin, udah gitu gak mau nyusu dari jam 9 pagi pas mau pulang hari Rabu," ungkap Nana.
Ia menduga ada kejanggalan dari tindakan medis pihak rumah sakit, sebab, jika dikatakan anaknya menderita kelainan medis seharusnya sudah diberitahukan sejakn awal lahir.
"Iya menurut saya ini ada kejanggalan, kalau ada penyakit itu dari awal dia (bayi) lahir langsung dikasih tahu, kalau ini enggak bayi dari lahir itu Alhamdulillah sehat," ujarnya.
Saat ini bayi Nana sendiri sudah dimakamkan di tempat pemakaman umum setempat, Nana juga meminta pihak rumah sakit untuk memberikan penjelasan penyebab anak pertamanya meninggal.
"Saya minta penjelasan, ingin pihak rumah sakit memberi penjelasan kenapa meninggal, dan bertanggung jawab," pungkasnya.
Hingga berita ini dimuat, pihak rumah sakit belum memberikan klarifikasi apapun.