Pintu Air Cibarasole Jebol, 200 Hektar Sawah Terancam Tidak Dapat Ditanami

Para petani melihat tanggul yang jebol.
Sumber :

Jabar – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Subang beberapa waktu yang lalu membuat pintu air Cibarasole yang berlokasi Kampung Cipicung, Desa Kosambi, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang jebol.

Akibatnya 200 hektar areal persawahan milik para petani terancam tak bisa ditanami.

"Jebolnya sejak bulan Februari lalu," ujar Kades Kosambi Saepudin kepada Viva Jabar, Minggu (26/5).

Menurutnya, pasca pintu air tidak berfungsi, para petani bahu membahu membuat tanggul guna menahan laju air. Dengan jarak 20 meter dari lokasi menggunakan karung, dolken, dan alat material lainnya. Namun upaya tersebut tidak bertahan lama saat hujan deras menjebol tanggul penahan tersebut pada Jumat (24/5).

Saefudin mengatakan, pihaknya langsung berkordinasi dengan Camat, BPBD dan PJT II untuk membuat tanggul kembali. Sehingga para petani tetap bisa menanam padi.

"Alhamdulillah, dari BPBD,Camat, BBWS dan PJT II menyanggupi untuk melakukan pembuatan tanggul," kata dia.

Pengerjaan pembuatan tanggul yang ditargetkan akan dilakukan dalam 7 hari ke depan itu, pihaknya meminta dukungan alat berat, tenaga, hingga dana.

"Sekitar Rp50 jutaanlah. Mulai dari pengadaan karung, dolken, batu. Itupun belum dengan alat berat, target kami pembuatan bisa dilakukan minggu depan," ungkapnya.

Sebelumnya, Pemdes Kosambi telah mengusulkan pembuatan pintu air baru ke pihak PUPR Subang sejak awal jebolnya pintu air Cibarasole terjadi.

Namun PUPR beralasan, jika pembuatan pintu air baru tidak bisa dilakukan secara mendadak karena keterbatasan anggaran.

"Saya mendapat informasi dari PUPR jika pintu air baru bisa direalisasikan di tahun 2025, dengan ploting anggaran Rp1 miliaran," imbuhnya.

Petani Cipicung, Samsudin mengatakan, akibat di makan usia, pintu air Cibarasole yang mengairi sawah milik para petani jebol saat hujan deras yang terjadi pada bulan Februari 2024 lalu.

Ia menyatakan, keberadaan pintu air tersebut sudah ada sejak 40 tahun yang lalu. Sehingga terjadi kerapuhan pada tembok dan karat besi yang berakibat jebolnya pintu air saat debit air meninggi.

"Harus ada pembuatan pintu air yang baru, ini tanggung jawab pemerintah," ujarnya

Jabar – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Subang beberapa waktu yang lalu membuat pintu air Cibarasole yang berlokasi Kampung Cipicung, Desa Kosambi, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang jebol.

Akibatnya 200 hektar areal persawahan milik para petani terancam tak bisa ditanami.

"Jebolnya sejak bulan Februari lalu," ujar Kades Kosambi Saepudin kepada Viva Jabar, Minggu (26/5).

Menurutnya, pasca pintu air tidak berfungsi, para petani bahu membahu membuat tanggul guna menahan laju air. Dengan jarak 20 meter dari lokasi menggunakan karung, dolken, dan alat material lainnya. Namun upaya tersebut tidak bertahan lama saat hujan deras menjebol tanggul penahan tersebut pada Jumat (24/5).

Saefudin mengatakan, pihaknya langsung berkordinasi dengan Camat, BPBD dan PJT II untuk membuat tanggul kembali. Sehingga para petani tetap bisa menanam padi.

"Alhamdulillah, dari BPBD,Camat, BBWS dan PJT II menyanggupi untuk melakukan pembuatan tanggul," kata dia.

Pengerjaan pembuatan tanggul yang ditargetkan akan dilakukan dalam 7 hari ke depan itu, pihaknya meminta dukungan alat berat, tenaga, hingga dana.

"Sekitar Rp50 jutaanlah. Mulai dari pengadaan karung, dolken, batu. Itupun belum dengan alat berat, target kami pembuatan bisa dilakukan minggu depan," ungkapnya.

Sebelumnya, Pemdes Kosambi telah mengusulkan pembuatan pintu air baru ke pihak PUPR Subang sejak awal jebolnya pintu air Cibarasole terjadi.

Namun PUPR beralasan, jika pembuatan pintu air baru tidak bisa dilakukan secara mendadak karena keterbatasan anggaran.

"Saya mendapat informasi dari PUPR jika pintu air baru bisa direalisasikan di tahun 2025, dengan ploting anggaran Rp1 miliaran," imbuhnya.

Petani Cipicung, Samsudin mengatakan, akibat di makan usia, pintu air Cibarasole yang mengairi sawah milik para petani jebol saat hujan deras yang terjadi pada bulan Februari 2024 lalu.

Ia menyatakan, keberadaan pintu air tersebut sudah ada sejak 40 tahun yang lalu. Sehingga terjadi kerapuhan pada tembok dan karat besi yang berakibat jebolnya pintu air saat debit air meninggi.

"Harus ada pembuatan pintu air yang baru, ini tanggung jawab pemerintah," ujarnya