Dewan Pertahanan Nasional Sorot Ketergantungan Impor Bahan Baku Obat Bio Farma

Sekretaris Jenderal Wantannas RI, Laksdya TNI Dr. T.S.N.B Hutabarat
Sumber :
  • VIVA Jabar

 

VIVAJabar - Dewan Pertahanan Nasional (Wantannas) Indonesia mendatangi Bio Farma memverifikasi isu - isu kompleks Bio Farma pasca Pandemi COVID-19. Pokok - pokok permasalahan yang disorot Wantanas di antaranya ketergantungan impor, keterbatasan kapasitas produksi lokal, singkronisasi kebijakan dan regulasi yang belum optimal dan innovasi serta penelitian terbatas.

Sekretaris Jenderal Wantannas RI, Laksdya TNI Dr. T.S.N.B Hutabarat hasil pertemuan dan pembahasan secara detail dari Bio Farma, laporan ini akan ditindaklanjuti dan dilaporkan ke Presiden.

“Tadi kami banyak dapat masukan selama diskusi dan insya Allah nanti kita akan lanjutkan lagi dalam bentuk kegiatan seminar yang lebih kompensif dan akan melibatakan berbagai stakeholder,” ujar Hutabarat di Bio Farma Bandung, Kamis 8 Agustus 2024.

Bio Farma

Photo :
  • Istimewa

Hutabarat memastikan dari laporan yang muncul, masalah yang terjadi di Bio Farma mulai dari bahan baku obat dan teknis sumber daya, masuk kategori kondisi serius. “Sekilas  bahwa permasalahan ini sebenarnya permasalahan yang pastinya kompleks tapi tidak bisa diselesaikan hanya dengan waktu yang singkat dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu pihak saja,” katanya.

Soal kebutuhan impor bahan baku obat atau BBO, menurutnya, hal ini wajar karena tidak hanya terjadi di Bio Farma. “Hal ini juga ternyata juga terjadi di negara-negara lain dalam dunia permasalahan-permasalahan bahan baku, impor,” terangnya.

“Walaupun tadi disampaikan bahwa bahan bakunya masih banyak dari China dan India, dan itu bukan hanya Indonesia saja, ternyata seluruh dunia juga seperti itu. Karena menyiapkan satu bahan baku itu juga kalau tidak ada pasarnya, itu juga akan merupakan biaya yang cukup besar, jadi merebut pasarnya itu cerita lain lagi,” lanjutnya.

Bio Farma

Photo :
  • Istimewa

Direktur Medis dan Hubungan Kelembagaab Bio Farma, Sri Harsi Teteki menilai, permasalahan krusial saat ini tak dipungkiri harus menjadi perhatian bersama. Salahsatunya ketergantungan bahan impor. “Tapi Biofarma sendiri untuk 20 top teen 10 besar, 6 sudah dilakukan terbesar dari yang dibutuhkan,” katanya.

Bahkan, lanjut Harsi, pasar vaksin Polio masih menjadi domain Bio Farma yang memegang persentase mencapai tiga per empat vaksin polio dunia. “Kita tetap dalam hari ini melakukan beberapa pemenuhan kebutuhan domestik maupun global,” katanya.

“Jadi mungkin Biofarma sebagai BUMN Farmasi mendapatkan semacam amanah  dari pemerintah untuk memberikan kecukupan dari obat-obatan yang ada di Indonesia, khususnya obat-obatan yang esensial dan lebih khusus di Biofarma ini adalah untuk vaksin,” terangnya. **