Stok Pupuk Subsidi di Subang Sesuai Ketentuan Pemerintah
Jabar, VIVA - Pupuk Kujang selaku anak perusahaan Pupuk Indonesia (Persero) terus menjaga stok pupuk di seluruh wilayah distribusi, termasuk di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Berdasarkan data yang dihimpun hingga Kamis, 5 September 2024, stok tersebut terdiri meliputi urea sebanyak 1.792.727 ton, terdiri dari stok kios 1.316.027 ton dan stok distributor mencapai 476.700 ton. Adpun pupuk NPK mencapai 1.016.764 ton, terdiri dari stok kios mencapai 711.814 ton, dan stok distributor mencapai 304.950 ton.
“Stok pupuk tersebut sesuai dengan ketentuan minimum yang diatur pemerintah dan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam satu bulan kedepan,” ujar VP Komunikasi dan Adm Korporat Pupuk Kujang, Muhammad Arif Rahman pada Viva Jabar Kamis, (5/9).
Arif menuturkan, dengan ketersediaan stok tersebut, petani Subang tak perlu khawatir menghadapi musim tanam penghujan nanti.
Tahun 2024 ini, Berdasarkan SK Bupati, Kabupaten Subang mendapat alokasi pupuk Subsidi dari pemerintah sebanyak 68.040 ton. Terdiri dari Urea sebanyak 40.546 ton, dan NPK sebanyak 27.494 ton.
Adapun penyaluran pupuk bersubsidi hingga bulan Agustus 2024 mencapai lebih dari 50 persen. Pupuk Urea misalnya telah tersalurkan sebanyak 24.833 ton atau 61,25 persen. Sedangkan NPK telah disalurkan sebanyak 16.087 ton atau mencapai 58,51 persen.
Seluruh pupuk subsidi ini merupakan hak petani yang telah memenuhi persyaratan yang diatur dalam Permentan nomor 01/2024. Drikarsa, Officer Pendukung Penjualan Wilayah 1 Pupuk Indonesia menjelaskan, berdasarkan aturan itu, petani yang berhak mendapatkan pupuk bersubsidi yaitu petani yang tergabung dalam kelompok tani, terdaftar dalam SIMLUHTAN (Sistem Informasi Manajemen Penyuluh Pertanian), menggarap lahan maksimal dua hektare, dan menggunakan Kartu Tani (untuk wilayah tertentu).
Drikarsa mengatakan, petani dapat menebus pupuk bersubsidi pada kios-kios resmi yang telah ditentukan untuk melayani kelompok tani setempat.
“Perlu diketahui, Permentan nomor 01/2024 juga menetapkan sembilan komoditas saja yang mendapat pupuk bersubsidi, yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kakao, dan kopi. Sembilan komoditas ini merupakan komoditas pertanian strategis yang berdampak terhadap inflasi sehingga komoditi yang lain tidak lagi mendapat alokasi,” ujar Drikarsa.
Sebagai bentuk optimalisasi distribusi, Pupuk Indonesia telah memanfaatkan Distribution Planning and Control System (DPCS). Teknologi informasi ini merupakan sistem terintegrasi yang didesain untuk melakukan kontrol rantai pasok distribusi pupuk subsidi secara optimal.
Melalui aplikasi tersebut, Sistem DPCS Pupuk Indonesia tersebut didukung oleh jaringan distribusi yang luas. Diantaranya 4 unit pengantongan, 6 unit Distribution Center (DC), 203 kapal laut, 6.000 lebih truk, 600 gudang penyangga dan distributor.
“Datanya realtime, jadi kami dapat memantau stok pupuk subsidi mulai dari lini produksi hingga ke tingkat distributor,” tegas Drikarsa