Profil Panji Gumilang, Pendiri Ponpes Al Zaytun, Ternyata Bukan Orang Sembarangan

Panji Gumilang
Sumber :
  • Tangkap layar

VIVA Jabar – Polemik Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu masih terus menyita perhatian publik hingga saat ini.

Viralnya Pondok Pesantren Al Zaytun di media sosial tersebut lantaran tersebar foto pelaksanaan salat Idulfitri yang dinilai menyimpang dari ajaran Islam.

Foto ini menuai kontroversi karena terlihat seorang jemaah perempuan berada tepat di belakang imam dan bersebelahan dengan jemaah laki-laki.

Setelah ditelusuri ternyata foto salat Idulfitri yang viral tersebut didapat dari tangkapan layar Instagram @kepanitiaanalzaytun.

Kontroversi Pondok Pesantren Al Zaytun ini mau tak mau menyeret nama pendirinya, Panji Gumilang. Banyak orang yang penasaran dengan sosok Panji Gumilang atau yang memiliki nama lengkap Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang tersebut.

Profil Panji Gumilang

Diketahui Panji Gumilang merupakan alumni Pondok Pesantren Modern Gontor tahun 1966. Pria kelahiran Gresik tersebut juga pernah mengenyam pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada tahun 2004, Panji Gumilang sempat dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa bidang Management, Education, and Human Resources oleh IMCA (International Management Centres Association).

Panji Gumilang lahir pada 30 Juli 1946 di Desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Diketahui pada tahun 1996 Panji mendirikan Yayasan Pesantren Indonesia dan juga membangun Ponpes Al Zaytun.

Pembelajaran di Ponpes Al Zaytun ini pertama kali dilakukan pada 1 Juli 1999. Ponpes ini diresmikan secara langsung oleh Presiden ke-3 RI, B. J. Habibie.

Sosok Panji Gumilang juga pernah menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah pada periode 2006 hingga 2013. Dirinya bahkan juga sempat aktif menjadi Petugas Rabithoh ‘Alam Islami yang ditugaskan di Majelis Ulama Islam Malaysia Sabah bahagian Da’wah (1982-1989).

Karier Panji Gumilang semakin moncer dengan menjabat sebagai presiden PERKISA (Perhimpunan Keluarga Besar Indonesia Sabah Malaysia) selama dua periode 1982-1989.