Timnas Indonesia dan Kritik Warga Belanda: Program Naturalisasi Dinilai Tak Masuk Akal
- Istimewa
Jabar,VIVA –Program naturalisasi pemain yang diterapkan oleh Timnas Indonesia belakangan ini menuai kritik tajam dari warga Belanda.
Banyak yang menilai langkah ini tidak masuk akal, terutama karena sejumlah pemain yang naturalisasikan memiliki latar belakang Belanda atau negara lain, bukan asli Indonesia.
Mereka berargumen bahwa naturalisasi yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas tim seharusnya tidak mengorbankan identitas sepak bola nasional.
Beberapa pihak bahkan meminta FIFA untuk campur tangan dan melarang program semacam ini, dengan alasan bahwa hal tersebut merusak esensi dari kompetisi sepak bola internasional yang seharusnya memperlihatkan pemain asli dari setiap negara.
Pada pertandingan kali ini, Marcelino Ferdinan menjadi bintang tim Garuda dengan mencetak dua gol, masing-masing pada menit ke-32 dan 57.
Kemenangan ini membawa pasukan Shin Tae-yong ke posisi ketiga klasemen sementara Grup C, dengan enam poin dari enam pertandingan.
Namun, warga Belanda menanggapi keberhasilan ini dengan negatif di media sosial, menyinggung banyaknya pemain naturalisasi.
Sebagai informasi, PSSI sedang menjalankan program naturalisasi yang selama lima tahun terakhir menghadirkan pencapaian luar biasa.
Mulai dari lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023, mencapai semifinal Piala Asia U-23 2024, hingga menempati urutan ke-130 ranking FIFA.
Salah satu pencapaian yang paling fenomenal adalah menembus putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Bukan hanya berpartisipasi, Marselino Ferdinan pun mampu bersaing di Grup C yang diisi tim kuat seperti Jepang, Australia, Bahrain, Arab Saudi, dan China.
Semua prestasi tersebut tidak lepas dari kontribusi pemain-pemain naturalisasi seperti Jay Idzes, Ragnar Oratmangoen, dan nama lainnya.
Sayangnya, beberapa warga Belanda justru tidak senang dengan kesuksesan Timnas Indonesia yang dibantu pemain naturalisasi.
"Tentu saja ini tidak masuk akal sama sekali. Seharusnya dilarang secara hukum di seluruh dunia bagi pemain untuk bermain di negara di mana mereka tidak dilahirkan dan/atau tidak tumbuh.
Dengan cara ini, ini merupakan bentuk distorsi kompetisi yang tidak berkontribusi pada sepak bola yang murni dan adil. Mayoritas pemain Belanda ini sama sekali tidak memiliki asal Indonesia, hanya secara tidak langsung.
Saya pikir itu terlalu sedikit untuk menerima hal ini. Itu murni oportunisme, tidak lebih, tidak kurang," tulis akun @Sjoerd.
"Meskipun tentu saja sangat menyenangkan bagi orang-orang yang mungkin mencapai Piala Dunia, saya bertanya-tanya apakah Anda harus menginginkannya. Indonesia menjadi semacam Belanda C dengan cara ini," tulis akun @stefan.