Film 'Nona Manis Sayange' Kisahkan Adat dan Budaya Pulau NTT
- Screenshot berita VivaNews
Menurut Haico, hal itu menjadi tantangan tersendiri sekaligus jadi ilmu baru dimana ia harus belajar bahasa NTT.
"Ini tantangan buat aku jadi orang Bajo sementara aku gak ada pengalaman sama sekali, aku juga baru belajar logat NTT ya itu menarik," kata Haico.
Belajar bahasa dan logat NTT, Haico mengaku sempat kesusahan sampai akhirnya terbiasa. Ia juga melakukan obersvasi dan memperhatikan cara masyarakat setempat berkomunikasi.
"Menurut aku lumayan susah, kita juga waktu belajarnya, sebenarnya kita diajarin itu beberapa hari sebelum syuting tapi kita juga membiasakan dengan cara kita pakai dialek itu tiap hari, kita juga observasi," kata Haico.
"Kan di situ kita lihat orang-orang yang tinggal di sana, orang-orang Bajo. Cara mereka ngomong, 'oh kalau kata ini mereka cara bilangnya ini', kita belajar dari situ juga. Awal-awalnya susah (logatnya) tapi lama kelamaan kita terbiasa," tambahnya.
Sebagai informasi, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima VIVA, film 'Nona Manis Sayange' mengedepankan cerita tentang uang mahar (belis), yang sampai saat ini terus berjalan.
Eksekutif Produser Putaar Film, DR Ngadiman mengungkapkan, dirinya merasa terpanggil untuk mengenalkan adat dan budaya Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan mempromosikan pariwisata daerah tersebut ke masyarakat luas melalui film ini.