Peneliti Jepang Temukan Mikroplastik di Awan
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Para peneliti di Jepang telah mengonfirmasi bahwa mikroplastik telah ditemukan di awan, yang kemungkinan besar berdampak terhadap iklim dengan cara yang belum sepenuhnya dipahami.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters, ilmuwan Jepang mendaki Gunung Fuji dan Gunung Oyama untuk mengumpulkan air dari kabut yang menyelimuti puncak, kemudian menerapkan teknik pencitraan canggih pada sampel untuk menentukan sifat fisik dan kimianya.
Tim tersebut mengidentifikasi sembilan jenis polimer berbeda dan satu jenis karet dalam mikroplastik di udara, yang ukurannya berkisar antara 7,1 hingga 94,6 mikrometer.
Setiap liter (0,26 galon) air awan yang diuji mengandung antara 6,7 hingga 13,9 lembar plastik.
“Jika isu 'polusi udara plastik' tidak ditangani secara proaktif, perubahan iklim dan risiko ekologi dapat menjadi kenyataan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan tidak dapat diubah di masa depan,” ujar penulis utama penelitian dari Universitas Waseda, Hiroshi Okochi dalam laman Al Jazeera pada Jumat (29/9/2023) lalu.
Menurutnya, ketika mikroplastik mencapai lapisan atas atmosfer dan terkena radiasi ultraviolet dari sinar matahari, mikroplastik tersebut akan terurai dan berkontribusi terhadap gas rumah kaca.
Mikroplastik, yang didefinisikan sebagai partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter yang berasal dari limbah industri, tekstil, ban mobil sintetis, produk perawatan pribadi, dan sumber lainnya, juga telah ditemukan di dalam ikan, tersebar di es laut Arktik, dan di salju di pegunungan Pyrenees antara Perancis dan Spanyol.
Namun, mekanisme pengangkutan mikroplastik ke berbagai lokasi tersebut masih belum jelas, dan penelitian mengenai pengangkutan mikroplastik melalui udara masih terbatas.
"Sepengetahuan kami, ini adalah laporan pertama tentang mikroplastik di udara dalam air awan,” tulis para penulis dalam makalah mereka.
Universitas Waseda mengatakan dalam sebuah pernyataan, penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik tertelan atau terhirup oleh manusia dan hewan dan telah terdeteksi di berbagai organ seperti paru-paru, jantung, darah, plasenta, dan kotoran.
“Sepuluh juta ton sampah plastik ini berakhir di lautan, dilepaskan bersama cipratan air laut, dan terbawa ke atmosfer. Hal ini menyiratkan bahwa mikroplastik mungkin telah menjadi komponen penting dari awan, mencemari hampir semua yang kita makan dan minum melalui ‘curah hujan plastik’”, kata universitas tersebut saat mengumumkan temuan penelitian barunya.
Bukti yang muncul telah mengaitkan mikroplastik dengan berbagai dampak terhadap kesehatan jantung dan paru-paru, serta kanker, selain kerusakan lingkungan yang meluas.