Elsa Bantu 'Menjahit' Perekonomian Ibu Rumah Tangga di Padang Lewat Kampung Jahit
- Istimewa
VIVA Jabar – Seorang ibu rumah tangga di Kota Padang bernama Elsa Maharani menjadi salah satu penerima penghargaan dari SATU Indonesia Awards pada tahun 2020 silam.
Penghargaan itu ia dapat berkat perjuangannya mengembangkan kampung tempat tinggalnya di Simpang Koto Tingga, Kelurahan Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Elsa bersama suaminya berhasil membantu meningkatkan kesejahteraan para warga di sana.
Hal tersebut dari buah pemikiran suaminya yang mengusulkan kampungnya menjadi 'Kampung Jahit.
Elsa menceritakan jika rata-rata kelas ekonomi di kampungnya itu menengah ke bawah. “Banyak di situ kuli bangunan, pemecah batu karena banyak kali, terus ada petani juga,” jelasnya dalam keterangan.
“Mereka itu pagi-petang. Dapat duit petang, paginya habis. Lalu, yang lebih parahnya lagi, (pengguna) narkoba juga banyak di sana,” sambung dia.
Dari kekhawatiran tersebut, ia bersama suaminya mengembangkan konsep yang sempat sebelumnya diusulkan yaitu Kampung Menjahit.
Lewat konsep itu, mereka hendak mengajak orang-orang di Simpang Koto Tingga untuk memproduksi barang sendiri sehingga tidak lagi harus membeli produk dari Pulau Jawa.
“Saya mikir waktu itu. Ini Padang lho, bukan Jawa. Enggak mungkin, enggak mungkin,” tutur Elsa.
Namun, sang suami pun meyakinkan jika mereka mampu untuk mengembangkan konsep tersebut.
Awalnya, Elsa dan sang suami mengeluarkan modal Rp3 juta. Dengan modal sekecil itu, awal usahanya tidak berjalan mulus. Kesulitan mencari penjahit yang mau bekerja sama menjadi faktor utamanya.
“Saya coba cari kain, kita coba cari satu penjahit. Itu drama juga. Enggak ada yang mau di kampung kita diupah (di bawah) standar Jawa. Tapi kita meyakini, kita niatnya bangun kampung,” ujar Elsa.
Berkat usaha dan tak pantang menyerah, lambat laun tim di tokonya yang bernama Maharrani bertambah besar.
“Itu 74 tim produksi dan marketing kita. Tapi, kita juga ada agen dan reseller dari Aceh sampai Papua,” kata dia.
Bahkan, toko busana berbasis modest fesyen wanita milik Elsa telah memiliki toko sendiri di sebuah mall di Malaysia.
Tak hanya itu, agen produk jebolan Maharrani juga telah tersedia di luar negeri.
Lewat usahannya itu, Elsa membantu gerakan kesehatan pekerja perempuan di kampungnya. Sebanyak 90 persen pekerja di Maharrani adalah perempuan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.
"Kita juga ada program kesehatan, jadi kita kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Padang untuk gerakan kesehatan pekerja perempuan," tutur Elsa
"Di Maharrani 90 persen itu pekerjanya adalah perempuan—ibu rumah tangga yang bekerja di rumah. Tapi, kita tetap sediakan kontrol (kualitas)-nya. Mereka bisa sambil gendong anak, urus suami, bisa bekerja di rumah, sehingga dapat penghasilan tanpa meninggalkan kewajiban," lanjut dia.
Kemudian, Elsa juga memberdayakan wanita difabel. Menurutnya, penjahit difabel itu begitu inspiratif. Sebab, mereka memiliki kemauan dan daya juang yang besar.
"Teman yang difabel ini diberi kelebihan sama Allah. Dia lebih pintar daripada teman-teman yang lain," ujar Elsa.
"Dia cuma punya satu kaki, tapi kakinya itu kapasitas dia menjahit lebih kencang daripada yang lain dan itu sumber inspirasi saya," imbuh dia.
Teman difabel itu, kata Elsa, bisa menggunakan motor dan menggunakan mesin jahit.
Dalam pelatihannya menjadi penjahit di Maharrani, tidak ada pendamping khusus bagi teman difabel.
"Dia enggak mau dibedakan dengan orang lain. Kayak biasa aja. Cuma kita memberikan perhatian lebih ke dia," imbuh Elsa.