Melejit, Kini IoT Lebih Banyak Digunakan daripada Smartphone di Indonesia

Ilustrasi Internet of Things
Sumber :
  • pinterest.com

Jabar – Sebuah artikel ilmiah berjudul The Internet of Things: An Overview terbit pada tahun 2015 lalu. Artikel tersebut ditulis oleh tiga ilmuan ternama dari The Internet Society, yakni Karen Rose, Scott Eldridge, serta Lyman Chapin.

Redmi Persiapkan Redmi Turbo 4 Pro dengan Baterai Jumbo 7000 mAh?

Thesis yang mereka ajukan dalam tulisan tersebut, bercita rasa futuristik sebab membicarakan masa depan internet. Semula, hal tersebut dirasa tidak mungkin. Namun, kini apa yang mereka tulis terjadi, peran internet dalam kehidupan kian meluas sampai ke pelosok kampung sekalipun.

Lantas apa itu Internet of Things (IoT)?

Xiaomi Siapkan Integrasi Ikon Bertema di HyperOS 3 Setelah Stabil di Android 15

IIoT) merupakan eknologi yang memungkinkan konektivitas jaringan dan kemampuan komputasi meluas ke objek, sensor, dan barang sehari-hari. Konektivitas ini memungkinkan perangkat menghasilkan, bertukar, dan mengonsumsi data.

Premis yang mereka tulis itu, benar-benar terjadi. Tidak sampai 10 tahun, koneksi yang mereka sebut sebagai smart objects kini semakin mengakar ke rahim masyarakat secara global. Termasuk masyarakat Indonesia sebagai negara berkembang.

Poco M7 Pro 5G: HP Murah dengan Fitur Canggih Kecerdasan Buatan

Berdasarkan data yang ada pada Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), diketahui sepanjang tahun 2021, jumlah pengguna IoT di tanah air lebih banyak dibandingkan pengguna smartphone yang terkoneksi. 

Melejitnya pemakaian IoT tersebut dipandang logis, sebab koneksi IoT secara teori dan praktek tak harus selalu dioperasikan manusia seperti halnya smartphone.

Ilustrasi Internet of Things

Photo :
  • pinterest.com

Simak saja bagaimana perangkat-perangkat di pabrik, yang tanpa dioperasikan manusia, alat komputasi tersebut sudah saling “mengobrol” mencetak berbagai produktivitas.  

Sebanyak 9% perusahaan di seluruh dunia pada tahun 2024 dipastikan menggunakan teknlogi IoT untuk menjalankan aktivitas dan produksinya. Hal itu berdasarkan paporan World Economic Forum bertajuk 'The Future of Jobs Report 2020'.

Kemenkominfo tahun lalu menyatakan, jumlah perangkat IoT pada tahun 2022 lalu diperkirakan 400 juta serta akan meningkat ke 678 juta perangkat pada 2025 nanti pasca hadirnya layanan 5G. 

Tak hanya itu, nilai pangsa pasar perangkat IoT di Indonesia juga diprediksi meningkat hingga Rp 355 triliun pada 2022 lalu serta akan naik pangsanya mencapai Rp 557 triliun pada 2025 nanti. Angka ini sejalan penetrasi internet yang terus meningkat di Indonesia, dengan angka terbaru Januari 2023 sudah mendekati 80% dari total populasi tanah air. 

Peran IoT terhadap Pasar B2B

Vice President Startup Bandung, Nur Islami Javad, mengatakan layanan berbasis IoT adalah layanan relatif teknologi baru yang saat ini masih didominasi segmen pasar B2B (business to business) dibandingkan B2C (business to consumer).   

“Adopsi yang tinggi pada IoT itu masih di segmen B2B, belum meluas ke masyarakat umum. Dan sepengamatan saya dalam industri startup, yang bisnisnya berkelanjutan memang di B2B IoT karena tidak terjabak dalam perang bakar-bakar duit,” tutur Nur Islami Javad.

Menurut dia, target pasar korporat menciptakan banyak keseimbangan bagi pelaku startup. Sebab, yang disasar tak sebanyak pasar ritel namun punya kemampuan daya beli jauh lebih besar sehingga sangat realistis untuk sebuah bisnis riil. 

“Era bisnis valuasi sudah lewat, sekarang harus logis dan bisa bertahan lama. Rasionalitas bisnis menjadi nomor satu. Jadi, harus kuat sisi bisnis secara umum namun di enhance dengan berbagai mindset dunia startup, atau dalam bahasa lain bisnis regular tapi mengadaptasi cara-cara berpikir dan operasi ala startup,” katanya. 

Jeff, panggilannya, mencontohkan, layanan Antares sebagai layanan IoT dari PT Telkom yang sudah baik dari sisi teknis. Dan hal ini akan tambah baik bahkan mantap kalau disertai dengan arahan laju usaha (advisory) yang disertai ekosistem yang besar. 

Untuk melesat naik kelasnya tetap butuh wahana seperti Telkom Dilo, Indigo, atau bahkan Telkom Grup itu sendiri guna menciptakan interaksi dalam ranah pasar B2B tadi. Cara ini pun harus dilakukan secara konsisten walaupun tidak ngebut agar ekspektasi pasar bisa ditemukan akurat. 

Antares yang berada di bawah payung Leap-Telkom Digital, masuk ke dunia IoT di tanah air sebagai upaya mempercepat implementasi IoT di Indonesia dengan cara mendukung ekosistem IoT. Antara lain disediakan solusi dan konektivitas IoT berbasis Long Range Wide Area Network (LoRaWAN).

Sejauh ini dari segi konektivitas, LoRaWAN milik Antares telah berada di lebih dari 700 titik yang tersebar di seluruh Indonesia. Misalnya sistem Smart Water Meter yang membuat perusahaan pengelola air minum/PDAM pengguna Antares dimudahkan memantau kualitas air dengan media portal sistem informasi yang terpusat sehingga standar K3 air lebih terjaga.

Selanjutnya, di sektor logistik, IoT Antares telah dimanfaatkan untuk memantau kontainer secara real-time, melalui visibilitas data pergerakan setiap kontainer saat masuk ataupun keluar depo dan saat di perjalanan.

Sementara di sektor manufaktur, Antares memberikan manfaat melalui dengan mengidentifikasi dan mengkalkulasi biaya produksi dari aspek daya konsumsi energi perusahaan yang menggunakan.

Dengan demikian, IoT akan menjadi mesin penggerak hampir di semua lini kehidupan masyarakat di masa depan. Hal ini, tentu perlu disambut dengan berbagai kesiapan dan kemampuan setiap person agar pemanfaatannya tidak berefek negatif bagi peradaban dan kehidupan masyarakat secara global.