Sikapi Kekhawatiran Masyarakat, Dua Praktisi Teknologi Informasi Komunikasi Rilis Buku ABCDX

Rilis buku abcdx
Sumber :
  • Screenshot

Menurut Sri Safitri yang juga adalah Head of Digital Vertical Ecosystem PT Telkom Indonesia, kecerdasan buatan yang tengah naik daun seperti ChatGPT pun tergantung dari perasaan dan akal manusia yang mengendalikannya. 

Apple Luncurkan MacBook Pro Terbaru dengan Chip M4 Series, Intip Keunggulannya Disini

"Jangan pernah lupakan bahwa rumpun ChatGPT yakni artificial intelligence, itu ada kata art di bagian depannya. Ada kata seninya, dan itu semua hanya akal dan perasaan dari manusia yang bisa mengendalikannya,” katanya. 

Hadir dalam Launching buku tersebut, Para Tokoh TIK Indonesia lainnya seperti Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia Fajrin Rasyid, Dirut Allo Bank Indra Utoyo, Prof Hamman Riza ( Ketua Umum KORIKA/ Ketua BPPT 2019-2021), Rektor Tel-U ProF Adiwijaya Koesmarihati ( Dirut Telkomsel 1995-1998), EVP Digital Business PT Telkom Indonesia Komang Aryasa dan lainnya. 

Harga dan Fitur Unggulan Samsung Galaxy Tab S10 Series di Indonesia

Buku setebal 190 halaman dan ber-ISBN 978-623-5466-45-3 itu terdiri atas 7 bab. Diawali dengan pembasan terkait situasi kondisi selepas pandemi, buku kemudian membahas A (Artificial Intellegence), B (Blockchain), C (Cloud Computing), D (Data Science), X (Customer Xperience), serta konklusi-insight. 

Menurut Sri, kehadiran aneka teknologi itu harus digenapi sisi pengalaman terbaik bagi masyarakat dengan simplikasi proses bisnis. Negara Timur Tengah sudah punya seperti Arab Saudi punya Wakil Menteri Bidang CX yang bermakna apapun teknologinya, harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan publik.

5 Website AI Bisa Bantu Selesaikan Tugas Skripsi: Mahasiswa Wajib Tahu

Cahyana Ahmadjayadi, penulis buku yang pernah menjadi Dirjen Aptika Kementerian Kominfo dan Komisaris PT Telkom ini menambahkan, pengalaman pengguna sangat penting ketika teknologi sudah berkembang menjadi mesin yang bisa belajar (thingking machine). 

“Manusia memang ciptaan Ilahi yang berakal, tapi teknologi bisa mempelajari cara berakal dengan kecepatan 100 kali lebih cepat. Karena itu, apapun kecepatan eksponensial teknologi, tetap ujungnya bagaimana pengalaman pengguna dengan itu,” katanya. 

Halaman Selanjutnya
img_title