Air Limbah Radioaktif Jepang Bakal Dibuang ke Samudera Pasifik, Laut Amerika Terusik

Ilustrasi PLTN
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar - Operator pembangkit nuklir Fukushima, Jepang mulai menguji fasilitas yang baru dibangun, untuk membuang air limbah radioaktif yang diolah ke laut, pada Senin lalu.

Piala AFF 2024: Timnas Indonesia Sudah Temukan Komposisi Terbaik untuk Laga Melawan Filipina

Melansir viva.co.id, AP mengabarkan, uji coba pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang dilakukan Operator Tokyo Electric Power Company Holding tersebut, menggunakan air tawar alih-alih air olahan.

Pekerja pabrik memeriksa pompa dan peralatan pemadaman darurat di fasilitas tepi laut yang baru dibangun.

Jelang Lawan Filipina, Timnas Indonesia Siapkan Formasi Terbaik

Peralatan tersebut akan mengencerkan air yang diolah dengan air laut dalam jumlah besar. Air yang diencerkan kemudian memasuki terowongan bawah laut dan dilepaskan ke laut sekitar 1 kilometer (0,6 mil) dari pantai.

Terowongan bawah laut dan fasilitas utama lainnya hampir selesai. Tokyo Electric Power Company (TEPCO) mengatakan, tes diharapkan berlanjut selama sekitar dua minggu, sebelum pemeriksaan pra-operasi wajib yang akan dilakukan oleh Otoritas Regulasi Nuklir, kemungkinan pada awal Juli.

Timnas Indonesia Temukan Komposisi Terbaik untuk Hadapi Filipina di Piala AFF 2024

Rencana itu ditentang komunitas perikanan setempat. Mereka menyampaikan hal itu ketika bertemu dengan Menteri Perindustrian Yasutoshi Nishimura pada Sabtu, saat dia mengunjungi Fukushima dan prefektur tetangga Ibaraki dan Miyagi.

“Kami mendukung oposisi kami,” kata Tetsu Nozaki, kepala asosiasi perikanan prefektur Fukushima, kepada Nishimura seperti dalam laporan AP

Sementara itu, National Geographic menuliskan, Jepang mengklaim bahwa air limbah, yang mengandung isotop radioaktif yang disebut tritium dan kemungkinan jejak radioaktif lainnya, akan aman.

Sementara negara-negara tetangga dan para ahli lainnya mengatakan itu menimbulkan ancaman lingkungan yang akan berlangsung selama beberapa generasi, dan dapat mempengaruhi ekosistem sampai ke Amerika Utara.

Diketahui, pada April 2021, pemerintah Jepang mengumumkan rencana untuk membuang air limbah ke Samudra Pasifik. Kemudian pada Januari 2023, Jepang menyatakan bahwa proses pembuangan itu akan dimulai pada musim semi atau panas.

Sebanyak 1,3 juta ton air limbah radioaktif di pabrik Fukushima Daiichi, yang saat ini berada dalam tangki, diperkirakan akan dibuang ke Samudera Pasifik tahun ini.

Menurut Tokyo Electric Power Company (TEPCO), selaku operator PLTN Fukushima Daiichi, terowongan yang strukturnya telah rampung dibangun pada April itu diisi sekitar 6.000 ton air laut.

Rencana pembuangan air limbah radioaktif dari pembangkit nuklir Fukushima yang lumpuh akibat gempa bumi pada 11 Maret 2011 lalu tersebut, mendapat tantangan dari negara lain, seperti China, Korea Selatan, Korea Utara, Taiwan, termasuk badan internasional PBB.

Berdasarkan survei terhadap 1.000 orang bulan lalu oleh lembaga survei Research View, lebih dari 85 persen warga Korea Selatan menentang rencana Jepang untuk membuang air limbah nuklir.

Tujuh dari 10 responden mengatakan mereka akan mengkonsumsi lebih sedikit makanan laut jika pembuangan air limbah dilanjutkan.

“Pemerintah tampaknya mengambil ‘tongkat pemukul’ untuk Jepang, sambil berusaha membungkam para nelayan yang keberatan dengan pelepasan yang direncanakan. Tapi seperti kata pepatah Korea, Anda tidak bisa menyembunyikan langit dengan telapak tangan. Kebenaran akan menang pada akhirnya,” kata Lee Ki-sam, juru bicara federasi asosiasi petani di Korea Selatan seperti dikutip dari South China Morning Post.

Pihak federasi berencana mengirim tim beranggotakan tujuh orang ke Jepang, untuk menunjukkan solidaritas dengan para nelayan Jepang yang merencanakan protes di Fukushima pada 20 Juni mendatang.