Puluhan Ibu Rumah Tangga dan Bayi Kandungan di Bogor Mengidap HIV/AIDS

Puluhan IRT dan Anak di Bogor tertular HIV/AIDS akibat suami open BO
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar - 58 Ibu rumah tangga dan hamil di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor dinyatakan positif mengidap virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) atau HIV/AIDS. Jumlah tersebut dari keseluruhan pengidap HIV/AIDS yang berjumlah 2.612 warga di Kota/Kabupaten Bogor.

Gawat! Seribu Lebih Anak di Subang Idap TBC, Dinkes Usulkan Mesin TCM

Data itu diungkapkan Direktur Lembaga Yayasan Lembaga Kajian Strategi Bogor (Lekas), Muksin Zaenal Abidin dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional 29 Juni dan Hari Anak Nasional 23 Juli 2023, saat media briefing bertajuk 'Meningkatkan kesadaran, memberikan informasi akurat, mempengaruhi kebijakan, memperkuat kemitraan, terkait peran keluarga dan hak anak dalam pencegaham penularan HIV/AIDS'.

"Masalah HIV pada ibu dan anak kurang mendapat perhatian. Kementerian Kesehatan RI melaporkan adanya penambahan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada ibu rumah tangga. Menurut data yang dipaparkan oleh Kemenkes, kasus HIV pada ibu rumah tangga bertambah sebesar 5.100 kasus setiap tahunnya," kata Muksin Zaenal Abidin.

Ibu Rumah Tangga Juga Bisa Cuan! 4 Aplikasi Penghasil Uang yang Mudah

Untuk kasus di Bogor sendiri, sebut Muksin, mereka tertular dari suami yang sering memesan pekerja seks melalui aplikasi chating atau yang dikenal open BO

Muksin menyampaikan, berdasarkan data, di Kota Bogor menunjukkan kumulatif tahun 2021 sebanyak 5.750 kasus HIV dan sebanyak 1.851 kasus AIDS. Kumulatif sampai September 2022 sebanyak 6.058 kasus HIV dan sebanyak 1.865 kasus AIDS. 

Keren! BKPRMI Gelar Manasik Haji yang Diikuti Ratusan Anak TK- TPA se-Kabupaten Subang

Sedangkan, dari data Dinas Kesehataan Kota Bogor, Januari-Desember 2022 sebanyak 408 positif. Jumlah itu terdiri dari Laki-laki 380 dan 233 Perempuan. 16 orang berstatus ibu rumah tangga dan ibu hamil.

Sementara itu, di wilayah Kabupaten Bogor dalam kurun lima tahun terakhir, kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Bogor terus meningkat dengan jumlah sebanyak 2.276 orang. 

Pada tahun 2016 ada 314 kasus, tahun 2019 sebanyak 516 kasus, tahun 2020 ada 384 kasus, tahun 2021 ada 428 kasus dan tahun 2022 sebanyak 747 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 42 pengidap atau Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah ibu hamil. 

"Perlu perhatian terhadap perlindungan penanganan kasus HIV AIDS di dalam keluarga, karena di ibu rumah tangga sudah muncul, ibu hamil sudah muncul. Ibu rumah tangga di Kabupaten Bogor ada 42. Di anak usia produktif sudah muncul jumlahnya puluhan. Kami mengajak media agar ini tersosialisasi," jelasnya.

Transmisi seksual

Untuk penularan HIV/AIDS di ibu rumah tangga, kata Muksin, terjadi akibat transmisi seksual. Contohnya, jika IRT dan ibu hamil positif ternyata tertular dari suaminya. 

"Mungkin suaminya ini yang dalam tanda kutip secara pemeriksaan HIV melalui transmisi seksual, istri harus meningkatkan, mengawasi karena penanggulangannya perlu ada interpensi semua pihak," jelasnya. 

Salah satu Ibu Rumah Tangga (IRT) yang menjadi ODHA, berinisial M, mengakui dirinya tertular dari suaminya yang kerap memesan wanita panggilan seksual melalui aplikasi chat atau open BO. Setelah suaminya meninggal, barulah dirinya tes HIV/AIDS dan mengetahui bahwa dirinya tertular.

"Kepada semua ibu-ibu di manapun mengingatkan suaminya, dan jika ada tanda-tanda segera memeriksakan. Dan agar para suami setia kepada satu pasangan. Saya mohon kepada bapak-bapak cukup setia sama istrinya," katanya di acara tersebut.

Anak hidup dengan HIV AIDS sebanyak 19 ribu

Selain IRT dan ibu hamil, lanjut Muksin, kasus anak hidup dengan HIV AIDS di Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan terdapat 19.000 anak usia 0-14 yang hidup dengan HIV.

Dengan hanya 25% yang menggunakan terapi antiretroviral yang menyelamatkan jiwa. Ada 2.400 anak yang terinfeksi HIV yang meninggal karena penyebab terkait AIDS pada tahun 2021.

Ilustrasi Anak

Photo :
  • Screenshot berita VivaNews

Faktor penyebab utama kematian tersebut yaitu rendahnya akses terhadap pengobatan antiretroviral, dan upaya pencegahan pada kelompok anak dengan HIV AIDS masih sangat terbatas. 

"Setiap anak mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan, pendidikan dan hak-hak lainnya sebagai bagian dari anak Indonesia, yang diharapkan anak dengan HIV bisa menjadi generasi gemilang di masa depan," jelasnya. 

Dalam kegiatan ini, Lekas didukung, Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS) dengan dukungan AIDS Healthcare Foundation (AHF). Diskusi bersama media ini bertujuan, meningkatkan kesadaran, memberikan informasi yang akurat, mempengaruhi kebijakan, memperkuat kemitraan terkait peran keluarga dan hak anak dalam pencegahan penularan HIV AIDS.

Ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu yang berkaitan dengan HIV AIDS. Meningkatkan kesadaran pentingnya informasi HIV yang akurat. Dan, meningkatkan kepedulian pemerintah, masyarakat, guru dan keluarga terhadap dalam pencegahan penularan HIV.