Hacker China Bobol 25 Akun Email Milik Organisasi Penting Uni Eropa dan AS

Ilustrasi hacker
Sumber :
  • Pixabay

VIVa Jabar – Peretas atau hacker China dipastikan secara diam-diam mengakses akun email milik 25 organisasi penting di negara Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS), demikian menurut laporan Microsoft.

Bakal Lawan Timnas Indonesia, Jepang Paling Produktif di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Microsoft tidak mengatakan organisasi atau pemerintah mana yang sudah dijebol tapi kelompok hacker China itu sudah menargetkan entitas penting di negeri Benua Biru dan Paman Sam.

"Microsoft telah menghubungi semua organisasi yang ditargetkan atau dikompromikan secara langsung melalui admin penyewa di negara mereka dan memberi mereka informasi penting untuk membantu mereka menyelidiki dan segera merespons," kata pernyataan di situs web perusahaan, melansir DW.

Eliano Reijnders Ganti Posisi, Apa Untungnya Bagi Timnas Indonesia?

Microsoft mengatakan grup tersebut, yang diidentifikasi sebagai Storm-0558, memalsukan token otentikasi digital untuk mengakses akun webmail yang berjalan di layanan Outlook perusahaan.

Dilaporkan bahwa kegiatan tersebut ternyata telah dimulai pada bulan Mei. Namun, pelanggaran terdeteksi beberapa minggu kemudian ketika pelanggan mengeluh kepada Microsoft tentang aktivitas email yang tidak normal.

Tips Dapatkan Uang 150.000 Setiap Hari Dengan Cara Bermain Game Tap Coin 2024

Mengutip pernyataan dari pejabat AS, Washington Post melaporkan bahwa Storm-0558 juga meretas akun email tidak rahasia yang terkait dengan pemerintah AS.

AS telah mendeteksi pembobolan rekening pemerintah federal "dengan cukup cepat" dan berhasil mencegah pembobolan lebih lanjut, kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan dalam wawancara dengan televisi ABC.

Meski begitu, pihak China membantah dan menyebut laporan Microsoft itu sebagai "disinformasi", mengatakan bahwa tuduhan itu dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari aktivitas dunia maya di AS.

"Tidak peduli lembaga mana yang mengeluarkan informasi ini, itu tidak akan pernah mengubah fakta bahwa Amerika Serikat adalah kerajaan peretas terbesar di dunia yang paling banyak melakukan pencurian data di dunia maya," kata juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin saat melakukan pengarahan rutinnya.

“Sejak tahun lalu, organisasi keamanan siber China dan negara lain telah mengeluarkan banyak laporan yang mengungkap serangan siber di China oleh Pemerintah AS dalam jangka waktu yang lama, tetapi AS belum memberikan tanggapan sejauh ini,” tambahnya lebih lanjut.

Bulan lalu, perusahaan keamanan siber milik Google, Mandiant, mengatakan pihaknya mencurigai peretas China yang didukung negara telah membobol jaringan ratusan organisasi sektor publik dan swasta secara global dengan menggunakan lubang keamanan di alat keamanan email yang populer.

Awal tahun ini, Microsoft mengatakan hacker China yang didukung negara menargetkan infrastruktur penting AS. Ia menambahkan bahwa China dapat meletakkan dasar teknis untuk mengganggu komunikasi kritis antara AS dan Asia selama krisis di masa depan.