Nasib Warga Garut Yang Dituduh Penculik Anak, Kini Pulang
- istimewa
VIVA Jabar – Lima warga Garut yang menjadi penjual jaket kulit akhirnya bisa pulang ke kampung halamannya usai diamuk warga karena menjadi korban hoaks sebagai pelaku penculikan anak di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan.
Kemarin malam, dua dari lima korban bernama Luki dan Uep bertemu Kang Dedi Mulyadi saat mampir di Purwakarta. Sementara ketiga korban lain sudah sampai Garut terlebih dahulu karena pulang satu hari sebelum keduanya.
Momen pertemuan tersebut pun terabadikan dalam video yang diunggah Kang Dedi di akun instagramnya @dedimulyadi71.
“Ini sedang temenin Kang Luki dan Mang Uep yang sudah berangkat perjalanan dua hari dari Musi Rawas Utara sampai di Purwakarta mampir dulu di Gerbang Tol Jatiluhur,” ujar Kang Dedi dalam video tersebut.
Tampak Luki dan Uep dalam kondisi sehat meskipun saat kejadian sempat dipukuli oleh massa yang menuduhnya sebagai pelaku penculikan anak. “Ini Kang Luki sudah melewati masa-masa berat dikepung, disangka penculik,” ucap Kang Dedi.
“Dikepung sama empat desa, Pak,” timpal Luki.
Meski begitu Luki bersyukur bisa selamat dari peristiwa tersebut. Ia pun berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah menyelamatkan dan menolong selama berada di Muratara.
Dalam pertemuan itu Kang Dedi mengajak keduanya untuk makan di salah satu restoran khas Purwakarta sambil berbincang mengenai detik - detik mencekam saat dikepung oleh massa.
Kang Dedi juga sempat melihat kondisi mobil Grand Max putih yang ringsek karena saat kejadian menjadi sasaran amukan massa. Selain merusak massa juga menjarah ratusan jaket kulit khas Garut yang semula akan dijual di Muratara. “Sebentar lagi sampai rumah di Garut, sehat bahagia selalu. Doa ti indung (dari ibu) berkah, selamat,” ucap Kang Dedi.
Sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Garut, Kang Dedi memberikan pakaian baru untuk keduanya. Sebab keduanya sudah dua hari perjalanan menggunakan pakaian yang sama.
Tidak hanya itu Luki pun mendapatkan hadiah spesial berupa topi putih yang selama ini kerap digunakan oleh Kang Dedi. “Sekarang lagi nunggu mau ganti baju dulu, mau ganti baju baru dulu, ini topinya sudah topi saya,” katanya.
“Iya, Pak, sudah dua hari gak ganti baju sudah kareunang (tidak nyaman),” ucap Luki. (jbr)