Mencengangkan, Ahli Digital Forensik Bongkar Sisi Rekayasa Video Rekaman CCTV Jessica
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Ahli Digital Forensik, Abimanyu Wachjoewidajat mengungkap sisi gelap rekayasa rekaman video Closed Circuit Television (CCTV) di kasus 'Kopi Sianida'.
Hal itu diungkapkannya dalam perbincangan bersama dokter Richard Lee. Abimanyu mengatakan jika penyidik dalam sebuah kasus, seperti kasus Jessica Wongso, ternyata bisa merubah sebuah fakta. Sebab, ada oknum-oknum yang melanggar aturan.
“Tapi nggak mungkinlah kalau penyidik tuh merubah (bukti),” kata dokter Richard Lee.
“Kenyataannya, kita bicara kontennya sekarang dengan konten yang kayak gini. Kenapa saya bilang kenyataan? Kepolisian Republik Indonesia saya percaya sebagai institusi sangat oke. Dan pelaksanaan aturan SOP-nya saya percaya. Tapi di dalamnya ada oknum yang bisa melanggar ketentuan yang sudah dipercaya,” kata Abimanyu dalam podcast dr Richard Lee, dilansir dari VIVA
Dikatakan Abah, sapaan Abimanyu, video rekaman tersebut sudah mengalami perubahan. Ada proses editing dan menghilangkan fakta.
"Bisa lah, kan cuma kamera, cuma konten, kenapa enggak?” kata Abah.
“Rekayasa itu banyak. Rekayasa itu bisa secara waktu dia geser. Saat semua rekaman terjadi cropping, itulah terjadi sesuatu yang harusnya natura jadi innatural,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Abah menjelaskan, rekayasa CCTV bisa dari durasi dan kecepatan. Soal Jessica menggaruk celana, itu juga disebut rekayasa.
Dalam video yang dilihat, Jessica memang menggaruk celana, namun wanita di belakang Jessica juga terlihat maju mundur seperti gerakan yang di ulang-ulang.
“Durasi bisa diubah, kenceng jadi pelan, durasi bisa diubah jadi maju jadi mundur jadi bolak-balik. Soal garuk-garuk ada permainan disitu,” ungkapnya.
"Kita lihat gerakan dia menggaruk, kalau kita lihat garuknya bener dia menggaruk. Tetapi saat dia menggaruk kita lihat lingkungan sekitarnya. Masa saat dia lagi menggaruk di sini ada orang lain, dia maju, dia mundur,” lanjutnya.
Abah mengaku jika pernyataannya itu benar adanya dan tidak berani berbohong.
"Saya nggak berani bohong,” demikian Abah.