Siswa SMK Tewas Diduga Dianiaya saat Ikuti Ekstrakulikuler Bela Diri, Keluarga Lapor Polisi

Ilustrasi Kekerasan & Penganiayaan
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar – Duka mendalam masih dirasakan keluarga, sahabat, orang tua dan tetangga dari almarhum Muhammad Aqil Almalya Bari (16) siswa SMK Al-Hikmah Kalirejo, Lampung Tengah yang meninggal dunia luka lebam di sekujur tubuh.

Guru di Desa Terpencil Manfaatkan Pijar Sekolah untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan

Sebelum meninggal dunia, anak pertama dari pasangan suami istri dari Yusniar dan Agus Sukari berpamitan akan mengikuti latihan beladiri di tempatnya menuntut ilmu di SMK Al-Hikmah Kalirejo. Karena, almarhum merupakan sosok anak yang baik serta penurut.

"Mama, abang mau ikut kegiatan PSHT. Dia (red) bilang itu. PSHT apa bang. Dia bilang kayak pencak silat gitu mama. Tapi, itu juga kalau Mama ngizinin. Kalau mama tidak ngijinin abang juga nggak papa. Nanti abang bilang sama guru," kata Yusniar saat dihubungi anaknya dua hari sebelum meninggal dunia.

Xiaomi Smart Tower Heater Lite: Pilihan Terbaik Penghangat Ruangan Keluarga

Yusniar pun sempat melarang anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut jika tidak menyangkut pelajaran di sekolah. Ia pun meminta anaknya untuk menggunakan waktu untuk beristirahat jika tidak ada kegiatan resmi dari sekolah.

"Sudahlah bang, nggak usah ikut. Akhirnya kan kalau kamu banyak kegiatan, nanti Abang jatuh sakit. Masih mendingan waktu itu digunain buat istirahat. Ya udah mah, kalau mama nggak ngizinin abang nggak jadi ikut," terangnya.

Baru Rilis! Advan Tbook Siap Jadi Sahabat Belajarmu dengan Harga Rp2 Jutaan

Menurutnya, bahwa anak pertamanya itu tidak mengikuti latihan beladiri. Namun, tidak lama kemudian karena tidak ada komunikasi lagi almarhum mengikuti latihan beladiri.

"Terakhir, hari Jumat (26/5/2023) lalu saya video call dengan anak. Dia bilang abang mau ngambil nomor dulu ya. Nanti malam kita sambung lagi," ucapnya dalam percakapan terakhir.

Pada malamnya, lanjut Yusniar, anaknya telpon. Namun ia lagi keluar rumah dan mengobrol sama ayahnya. Dia minta izin sama ayahnya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bela diri.

"Doain abang ya Ayah, biar lancar selamat. Itu ucapan terakhir. Sudah itu, kita enggak komunikasi lagi," ungkapnya.

Untuk keseharian, kata Yusniar, anaknya tidak pernah nuntut. Selama ini, dia sekolah meminta sesuatu tidak pernah maksa. Bahkan, kalau mau minta kirim uang pun cuma kirim pesan WhatsApp.

"Ma, mama punya uang tidak, dan kalau kita bilang ada ya ada. Kalau misalnya ada abang mau berapa. Terserah mama aja dikasihnya aja," lirihnya sambil meneteskan air mata.

Selama ini, dari kecil sampai meninggal dunia tidak pernah nyusahin. Saya sebagai Ibunya belum pernah merasa anak ini bikin kesel hati atau jengkelin.

"Anak ini selalu mengerti keadaan orang tua, penurut. Selama dari kecil sama nenek, kakeknya. Kita jarang ketemu, paling saya pulang kalau ada libur. Kalau lebaran kita pulang," tuturnya.

Sementara itu rasa duka pun diungkapkan oleh sang paman. Ia pun harus kehilangan keponakannya untuk selama lamanya. Namun, kepergiannya keponakannya itu meninggalkan tanda tanya. Karena, disekujur tubuhnya alami luka luka lebam hingga gigi almarhum copot.

Waktu itu kata sang paman, dirinya ditelpon sama wakil kepala sekolah. Mereka menerangkan almarhum sakit perut kemudian diobati sudah sembuh. Kemudian, kambuh lagi akhirnya dibawa kerumah sakit.

"Informasi jam 10.00 WIB sudah koma, jam 11.00 WIB meninggal. Jam 11.45 WIB saya dikabari," ucapnya.

Kemudian, keluarga di Lampung menunggu ibu nya dari pulau Jawa. Setelah tiba langsung berangkat kerumah sakit. Setelah tiba dirumah sakit ibunya tidak terima. Karena, anaknya meninggalnya tidak waras. Dilihat giginya copot.

"Saya tanya ke dokter, dokter mengatakan sudah menangani sesuai prosedur. Pasien dibawa kerumah sakit sudah ditangani," jelasnya.

Kemudian, sang paman kembali bertanya ke dokter apa alasannya tadi informasinya sakit perut kok giginya bisa copot. Namun, dokter tidak bisa menjawab. Sang dokter kembali bertanya ke kepala asrama. Kepala asrama pun tidak bisa menjelaskan.

Kemudian, sama kepala asrama dilimpahkan ke guru pencak silat. Namun, sang guru pencak silat membantah bahwa pada malam Minggu tidak ada kontak fisik. Sang paman pun kembali bertanya, kenapa kalau tidak ada kontak fisik kok muka almarhum alami lebam, dan giginya copot. Sang guru pencak silat bungkam tidak bisa menjawab.

"Sesampai dirumah dicek, kondisinya lebam, kepala belakang pecah, kemaluan keluar darah, lebam-lebam. Dan setelah orang tuanya melihat itu langsung lapor ke Polres Lampung Tengah," tutupnya.