Panji Gumilang Kutip Ayat Injil saat Khutbah di Ponpes Al Zaytun
- IST
VIVA Jabar – Seolah tak ada habisnya, Pondok Pesantren Al-Zaytun kembali menuai kontroversi. Usai perzinahan boleh dilakukan asal membayar Rp2 juta, kontroversi lain yang kembali dipertontonkan Ponpes yang terletak di Indramayu, Jawa Barat, terkait soal isi khutbah jumat yang mengutip ayat Al-Kitab milik umat nasrani.
Khutbah yang dibawakan pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Pandji Gumilang, terang-terangan mengutip ayat di dalam al-kitab atau kitab Injil yang merupakan kitab suci umat nasrani.
Dalam video yang diunggah Youtube channel ENN Indonesia, memperlihatkan bagaimana pimpinan Ponpes Al-Zaytun membahas soal perjanjian lama dan perjanian baru yang dan history keturunan nabi diungkakan dalam khutbahnya.
“Jika bicara nasab nabi yang ada di sejarah umat manusia, kita tidak bisa melupakan kitab perjanjian, perjanjian lama maupun baru,” kata Panji Gumilang dikutip dari kanal YouTube ENN Indonesia.
Tak hanya mengungkapkan kutipan Al-Kitab soal perjanjian lama dan baru, ayat lain pun dikutip Panji Gumilang dalam kutbah tersebyt pun menyoal tentang sejarah palestina dan Israel.
"Saudara dari sejarah Kitab Perjanjian Lama Pasal 11 ayat 26. Seorang yang besar bernama Tera keturunan daripada Nuh melahirkan seorang putra termasuk Ibrahim. Lalu kita umat Islam menyebutnya dengan Nabi Ibrahim as atau Kholilurrahman atau Kholilullah," ucapnya.
Mendengar kutbah Pandji Gumilang yang mengutip al-kitab, berbagai komentar pun datang dari warganet.
"Astagfirullah hal adzim, toleransi itu saling menghargai bukan mencampur agama ,lakum dinukum waliyadin," tulis netizen.
"Innalillahi wa inna ilahi rhoziun,laqum di nuqum waliadin,ya Allah lindungilah ank keturunanqu dr kezholiman,tanamkam ke imanan yg dlm di mrk,agar tdk terpengaru dgn kesesatan," ujar netizen lain.
Diketahui, beragam kontroversi kerap terjadi di Ponpes Al-Zaytun. Diantaranya, kontroversi saat Idul Fitri beberapa waktu lalu, yang mencampurkan jamaah salat perempuan dan laki-laki dalam satu saf. Tak hanya itu, barisan dalam salat yang seharusnya rapat dan tak boleh ada cela, justru berjarak dengan kursi sebagai pembatas.
Kontroversi lain adalah soal adzan yang tidak lazim hingga ingin membangun gereja di lingkungan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.