Dinkes Jabar Lakukan Berbagai Upaya untuk Capai 'Jabar Zero Stunting'

Plt Kadinkes Jabar
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jabar – Plt. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Vini Adiani membeberkan kiat-kiat Dinas Kesehatan Jawa Barat dalam upaya mencapai “Jabar Zero Stunting. Hal tersebut disampaikannya dalam wawancara di Kota Bandung, Senin (3/7/2023).

Ingin Investasi? bank bjb Luncurkan Surat Berharga untuk Kamu!

Dalam strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting menurutnya terdapat 5 pilar utama, salah satunya Peningkatan Komitmen dan visi kepemimpinan di Kementerian/Lembaga Pemprov, Pemda Kabupaten/Kota dan Pemdes di Jawa Barat.

Sementara itu, upaya yang sudah dilakukan Dinas Kesehatan Jawa barat adalah sebagai berikut:

PKS Tumbang di Lumbung Suara Sendiri Termasuk Jawa Barat, Pengamat Beberkan Sebabnya

- Penguatan regulasi di tingkat Provinsi dan Daerah dalam mendukung kebijakan program terkait gizi

- Melakukan pendampingan kepada Puskesmas  melalui surveilans gizi

Menang Versi Quick Count, Dedi Mulyadi Runtuhkan Dominasi PKS di Pilkada Jabar 2024

- Dikeluarkan edaran dukungan tablet tambah darah remaja putri (TTD Rematri) oleh Disdik dan Kemenag, Pemenuhan kebutuah TTD Rematri 

- Pengajuan PMT Lokal dalam Bankeu Reguler, Edukasi keluarga untuk mendukung balita mengkonsumsi PMT dan monitoring konsumsi PMT

- Memperluas kemitraan untuk pencapaian cakupan, Meningkatkan kapasitas dan kegiatan pemicuan

- Pengajuan Antropometri KIT melalui DAK Fisik, pemanfatan dana desa,

- Peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana Gizi Buruk

Dilakukan berbagai strategi dan upaya dalam percepatan penurunan stunting yaitu melalui intervensi spesifik seperti pemberian TTD pada rematri dan ibu hamil, promosi dan konseling menyusui, PMBA, suplemen gizi makro (PMT) dan mikro (FE, Vitamin A, Taburia dll.), tata laksana gizi buruk, pemantauan dan promosi pertumbuhan, suplementasi vitamin A, kalsium dan zinc untuk balita diare, pemeriksaan kehamilan, imunisasi, pemberian obat cacing dan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) serta pemicuan untuk desa open defecation free (ODF).

Selain itu juga dilakukan kegiatan-kegiatan praktik baik seperti :

- Kampanye gizi seimbang dan gebyar minum tablet tambah darah (TTD) rematri serentak di provinsi jawa barat yang melibatkan 5.685 sekolah ( 38% satuan pendidikan), dengan tercapainya pemecahan rekor muri bagi provinsi jawa barat atas minum TTD serentak oleh peserta terbanyak dengan total rematri 1.399.995 orang (64,5% sasaran).

- Tersosialisasikan jingle gemaz (generasi emas bebas anemia dan jabar zero new stunting) sebagai media edukasi mengenai pencegahan anemia bagi remaja putri dan pentingnya minum TTD 1 minggu 1 kali di berbagai radia dan pusat perbelanjaan.

- Dilakukan kegiatan aksi bergizi di sekolah dengan didalamnya dilakukan 3 kegiatan yaitu : sarapan bersama, minum TTD bersama bagi rematri dan aktifitas fisik

- Pelatihan untuk dokter spesialis anak dalam pencegahan dan penanganan stunting bekerjasama dengan dunia usaha

- Pendampingan pemberian tablet tambah darah, pemberian kie progran gizi micro, pembacaan label makanan untuk remaja dengan mitra pembangunan/ NGO

- Makanan tambahan edukasi pencegahan stunting dengan masyarakat madani

- Lokakarya strategi pentahelik dalam penangan stunting, Kalan layanan Masayrakat mengenai stunting, Edukasi bumil dan balita dalam pencegahan stunting dengan Media

Serta berbagai inovasi dari 27 Kab/kota di Jawa Barat salah Satunya Aplikasi Simpati (Sistem Informasi Pencegahan Stunting Terintegrasi).

“Yang masih perlu digerakan adalah intervensi balita mulai dari weigh faltering (tidak naik satu kali), undeweight dan wasting dimana sehingga tidak ada lagi kasus stunting baru. Jumlahnya yakni tidak naik tahun 2023 sebanyak 511.489, underweight 181.484 dan wasting 110.347 balita,” katanya.

Sementara itu, menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Ema Rahmawati, jika dilihat dari data rata-rata penurunan stunting dalam tiga tahun terakhir di Jawa Barat adalah 1,35% per tahun. Pada tahun 2021, prevalensi stunting di Jawa Barat termasuk dalam kategori tinggi.

Berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia/SSGBI 2019 (26,2%), laporan prediksi 2020 (25,5%), SSGI 2021 (24,5%), sedangkan pada tahun 2022 sudah dilakukan survey status gizi Indonesia/SSGI yaitu mencapai 20,2% mengalami penurunan sebesar 4,3%.

“Hal ini merupakan penurunan yang sangat tinggi dan dengan prevalensi Jawa Barat pada tahun 2022 angka ini berada di bawah angka nasional yaitu 21,6%,” katanya.

Ia melanjutkan, dari target penurunan prevalensi stunting di Jawa Barat RPJMD pada tahun 2022 yaitu 21,2%, sehingga dengan hasil SSGI 2022 20,2% berarti sudah mencapai target.

“Harapanya pada tahun 2023 dapat terwujud Jabar Zero Stunting dengan target 19,2% dan tahun 2024 prevalensi stunting,” tambahnya.