Presiden AFC Ternyata Orang Bahrain, Bagaimana Nasib Indonesia?
- viva.co.id
VIVAJabar – Warga Indonesia khususnya pecinta sepakbola mungkin merasa risih dan bertanya-tanya siapa presiden Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) usai melihat fenomena janggal dari polemik Timnas Indonesia dan Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Timnas Indonesia dirasa mendapat perlakuan kurang fair di matchday tiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia saat melawan Bahrain. Beberapa keputusan wasit Ahmed Al-Kaf dianggap berat sebelah dan lebih menguntungkan tuan rumah Bahrain. Protes pun dilayangkan PSSI pada AFC, tapi Konfederasi Sepakbola Asia itu bersikap dingin.
Usut punya usut, ternyata presiden AFC adalah Sheikh Salman bin Ibrahim Al-Khalifa. Pria yang saat ini berusia 70 tahun itu ternyata berasal dari Bahrain.
Pria kelahiran 2 November 1965 itu diketahui berasal dari keluarga kerajaan yang memiliki banyak pengaruh di berbagai bidang, termasuk dalam bidang olahraga.
Salman menyelesaikan pendidikannya di Bahrain dan Inggris untuk mendapatkan gelar di bidang sastra dan sejarah. Kemudian, ia terjun ke dunia sepakbola dan singkat menjadi presiden Bahrain Football Association (BFA) pada tahun 2002.
Pada tahun 2013 Salman dipercaya menjabat sebagai presiden AFC. Selama kepemimpinannya, pria ini dikenal sebagai sosok yang berhasil menelurkan berbagai inisiatif terutama berkenaan dengan kompetisi.
Sebelumnya, PSSI mengajukan protes melalui surat resmi terhadap AFC terkait wasit asal Oman, Ahmed Al-Kaf yang memimpin laga Indonesia vs Bahrain di matchday tiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 ronde ketiga.
Federasi Sepakbola Indonesia menilai Al-Kaf berat sebelah dan lebih menguntungkan Bahrain sebagai tuan rumah kala itu.
Namun, AFC tidak menerima surat protes yang dilayangkan PSSI itu dan lebih menyarankan protes tersebut dikirim ke FIFA. Hal itu disampaikan oleh manajer Timnas Indonesia, Sumardji.
“Kami mengirimkan surat protes secara resmi kepada AFC, dan baru saja sekitar jam 12 siang ini, kami menerima balasan dari AFC. Intinya, AFC menyatakan bahwa protes kami tidak diterima, dan mereka meminta kami untuk melanjutkan masalah ini ke FIFA jika diperlukan,” ungkap Sumardji.
Akan tetapi, AFC menunjukkan sikap berbeda kala Bahrain meminta laga tandang Bahrain vs Indonesia digelar di tempat netral, artinya tidak di Indonesia dengan alasan keselamatan para pemain setelah mendapat kecaman dari netizen Tanah Air.
Anehnya, AFC malah menyikapinya dengan lebih lentur. AFC akan mempertimbangkan usulan Bahrain itu dengan berupaya berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
"AFC menanggapi kekhawatiran ini dengan serius dan berkomitmen penuh untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan semua pemain, ofisial, dan penggemar, sambil mengutuk semua bentuk pelecehan dan ancaman daring," tulis laman resmi AFC beberapa waktu lalu.
"AFC akan membahas masalah ini lebih lanjut dengan FIFA, BFA, dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terjamin bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam pertandingan tersebut," tulis AFC.
Kini, nasib Timnas Indonesia menjadi pertanyaan besar. Akan tetapi, Timnas Indonesia harus tetap fight dengan segala tantangan yang menghadang.