Mengungkap Peradaban yang Tenggelam di Kawasan Makam Kuno Waduk Gajah Mungkur
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Baru-baru ini trending di media sosial tentang makam-makam kuno yang bermunculan di Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.
Dilansir dari beberapa sumber ternyata makam-makam kuno tersebut adalah milik masyarakat sebelum ada pembangunan waduk.
Pada saat pembangunan, sekitar 41.000 warga dari 45 desa dan 6 kecamatan di Wonogiri dipindahkan dan di-transmigrasikan, namun makam yang ada tetap berada di tempatnya.
Makam-makam kuno tersebut berbentuk persegi panjang dan dibuat bertumpuk dengan ukuran yang berbeda. Hampir semua kijingnya berwarna putih dan menyerupai batu.
Di sekitar makam juga ditemukan sisa-sisa bangunan warga dan puing-puing batu bata. Hal ini menunjukkan bahwa pernah ada peradaban yang kini tenggelam di dasar waduk.
Bekas bangunan dan makam-makam kuno tersebut bisa dilihat atau dilacak berdasarkan pasang surutnya air waduk. Ada yang muncul di daerah pinggir dan ada yang berada di tengah-tengah waduk.
Makam-makam itu biasanya kembali muncul ke permukaan ketika musim kemarau panjang, karena air surut. Hal ini terjadi hampir setiap tahun antara bulan Juli sampai September.
Beberapa warga yang masih merasa terikat dengan tanah leluhurnya biasanya kembali ke Waduk Gajah Mungkur pada musim kemarau untuk mengunjungi makam-makam kuno yang bermunculan di permukaan waduk. Mereka juga melakukan ritual ziarah dan doa untuk mengenang leluhur mereka.
Perlu diketahui, bahwa Waduk Gajah Mungkur dibangun pada Tahun 1976 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 17 November 1981. Waduk ini adalah waduk terakhir di Indonesia yang dibangun sendiri oleh Kementerian Pekerjaan Umum tanpa melibatkan kontraktor.
Waduk Gajah Mungkur memiliki luas genangan maksimum mencapai 9.100 hektar dan luas daerah tangkapan air mencapai 1.350 kilometer persegi. Selanjutnya pengelolaan dan perawatan waduk diserahkan kepada Jasa Tirta I.
Sebagian besar warga yang terdampak oleh pembangunan waduk di-transmigrasikan ke luar Jawa seperti Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan.
Mereka mendapatkan lahan baru untuk membangun rumah dan bercocok tanam. Sedangkan sebagian warga yang tidak mau bertransmigrasi menetap di sekitar waduk atau pindah ke kota terdekat. Mereka mencari pekerjaan baru dan beradaptasi dengan lingkungan mereka yang baru