Ilmuwan: Ular Bisa Dengar Suara Teriakan
- Pixabay
VIVA Jabar – Sebelumnya, dipercaya secara luas bahwa ular tidak dapat mendengar gelombang suara yang dibawa melalui udara dalam kapasitas yang signifikan, meskipun beberapa kemampuannya telah diketahui.
Menurut penelitian baru yang menyanggah asumsi lama tentang indra ular, binatang yang melata itu benar-benar dapat mendengar suara saat seseorang berteriak.
Penelitian dalam publikasi peer-reviewed Public Library of Science PLOS ONE pada hari Selasa menjelaskan beberapa respons ular terhadap suara di berbagai frekuensi yang tidak menghasilkan getaran tanah, yang sudah diketahui digunakan ular untuk bernavigasi.
"Kami melakukan 304 percobaan terkontrol pada 19 ular di lima genera di ruangan kedap suara (4,9 x 4,9 m) pada suhu 27 derajat C, mengamati efek dari tiga suara pada perilaku individu ular dibandingkan dengan kontrol," tulis para ilmuwan, yang semuanya berbasis di Queensland, Australia.
Suara dimainkan pada 85 desibel atau kira-kira sekeras orang berteriak, sebagaimana dikutip dari situs Sputniknews.
Pada frekuensi yang berbeda, para ilmuwan mengamati delapan perilaku ular yang berbeda, termasuk gerakan tubuh, membekukan tubuh, menjentikkan kepala, menjentikkan lidah, mendesis, periscoping (ketika seekor ular yang penasaran mengangkat sepertiga tubuhnya dari tanah), kepala fiksasi, dan menjatuhkan rahang bawah mereka, sebagai respons terhadap tiga suara.
Responsnya sangat bergantung pada genus. Woma Python secara signifikan meningkatkan gerakan mereka sebagai respons, sementara Death Adders, Taipans, dan Australian Brown Snakes menjauh dari suara.
Mereka juga mencatat bahwa suku Taipan mengambil sikap bertahan, sementara tiga dari lima genera menunjukkan berbagai watak lainnya.
Python adalah satu-satunya ular tidak berbisa yang diuji dan satu-satunya yang tidak lari dari suara itu. Death Adder, predator penyergap, juga menunjukkan kemampuan pendengaran yang lebih rendah daripada Taipan dan Ular Coklat Australia, keduanya adalah pemburu aktif.
"Hasil kami menyoroti potensi respons perilaku ular yang diwariskan terhadap suara, yang dikelompokkan dalam genera," simpul mereka.
Studi mengilustrasikan variabilitas perilaku di antara genera ular yang berbeda, dan di seluruh frekuensi suara yang berkontribusi pada pemahaman yang terbatas tentang pendengaran dan perilaku pada ular.
Ular tidak memiliki telinga luar seperti manusia, tetapi mereka memiliki semua fungsi internal telinga, memungkinkan fauna itu merasakan getaran di tengkorak mereka dan memahaminya.
Eksperimen membuktikan bahwa ini tidak hanya membantu ular merasakan getaran tanah, tetapi juga memungkinkan hewan melata itu mendeteksi beberapa suara yang bergerak di udara.