dr. Gita Pratama Jelaskan Gejala Penyakit SOPK, Gangguan Haid Hingga Gangguan Kesuburan
- Istimewa
“Dengan demikian, kedua hormon ini diperkirakan merupakan kunci perkembangan penyakit pada pasien SOPK nir-obese. Penemuan ini akan menjadi awal bagi pengembangan tatalaksana pada pasien SOPK, khususnya nir-obese, berdasarkan kelainan yang mendasarinya, bukan hanya bersifat simtomatis atau mengobati gejala saja,” kata dr. Gita.
Lebih jauh lagi, analisis genetik (polimorfisme) pada gen KISS menemukan adanya mutasi pada 2 tempat yang akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit SOPK.
“Terdapat perbedaan bermakna kedua varian gen KISS1 pada pasien SOK nir-obese dengan perempuan normal. Adanya kelainan gen tersebut akan meningkatkan risiko seorang perempuan terkena SOPK sampai 2x lipat,” tambahnya.
“Sebagai simpulan, ditemukan hubungan penurunan dinorfin dan peningkatan AMH dengan peningkatan rasio LH/FSH pada pasien SOPK nir-obese. Polimorfisme pada gen KISS1 meningkatkan risiko terjadinya SOPK pada perempuan di Indonesia, sedangkan tidak ditemukan adanya perubahan metilasi DNA pada gen KISS1. Berdasarkan hasil penelitian ini,
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi terapi terhadap dinorfin dengan penggunaan obat-obatan yang bersifat agonis terhadap reseptor dinorfin dan antagonis terhadap reseptor AMH untuk mengetahui potensi terapi pada pasien SOPK nir-obese,” tutupnya