dr. Gita Pratama Jelaskan Gejala Penyakit SOPK, Gangguan Haid Hingga Gangguan Kesuburan

dr. Gita Pratama
Sumber :
  • Istimewa

Ia menambahkan, bahwa sudah dapat diketahui tatalaksana pada SOPK adalah dengan melakukan modifikasi gaya hidup (diet dan olah raga).

Penelitian menunjukkan pasien SOPK obese mengalami perbaikan gejala dengan melakukan modifikasi gaya hidup tersebut. Karena pasien SOPK dengan berat badan normal lebih terkait dengan gangguan hormonal, maka perbaikan gaya hidup saja belum bisa memberikan perubahan gejala signifikan.

“Temuan inilah yang memicu kami untuk membuat penelitian yang dapat lebih memahami proses terjadinya penyakit (patogenesis) SOPK, khususnya pada pasien nir-obese sehigga diharapkan dapat mengembangkan tatalaksana yang tepat di kemudian hari,” jelas dr. Gita.

Salah satu molekul yang menjadi perhatian dalam peningkatan luteinizing hormone (LH) pada pasien SOPK adalah kisspeptin. Kisspeptin berfungsi untuk menstimulasi pengeluaran gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang akan meregulasi pengeluaran 2 hormon penting: follicle stimulating hormone (FSH) dan LH dari kelenjar hipofisis. LH dan FSH ini akan memengaruhi indung telur (ovarium) sehingga terjadi perkembangan telur (folikel), terjadinya ovulasi, sehingga haid menjadi teratur dan memungkinkan terjadinya proses kehamilan.

“Pengeluaran kisspeptin dipengaruhi oleh neurokinin B (NKB) dan dinorfin dari neuron KNDy di bagian otak (hipotalamus). Diperkirakan gangguan keseimbangan kisspeptin, NKB dan

dinorfin ini yang akan menyebabkan peningkatan GnRH dan peningkatan rasio LH/FSH. Peningkatan rasio LH/FSH inilah yang akan menyebabkan indung telur mengeluarkan hormon androgen, hormon yang biasanya tinggi pada laki-laki, dan tidak adanya ovulasi. Sehingga terjadi gangguan haid, tanda-tanda kelebihan hormon androgen (tumbuhnya kumis, jerawat atau rambut rontok) serta infertilitas pada pasien SOPK,” tutur dr. Gita.

Ia kembali menambahkan, pada penelitian ini, ditemukan terdapat 2 mekanisme yang mungkin menyebabkan peningkatan rasio LH/FSH pada pasien SOPK nir-obese. Yang pertama adalah penurunan dinorfin yang diperkirakan akan memengaruhi peningkatan GnRH secara langsung di otak. Sedangkan yang kedua adalah peningkatan kadar anti-Mullerian hormone (AMH) yang selain secara langsung menyebabkan terhentinya pertumbuhan telur akibat penurunan enzim aromatase, juga secara langsung memengaruhi peningkatan GnRH.