Melalui Program Makmur, Pupuk Kujang Dorong Petani Kurangi Emisi Karbon
- Istimewa
Emisi karbon dari sektor pertanian ini diprediksi akan terus bertambah pada masa mendatang seiring dengan meningkatnya kebutuhan pangan, intensifikasi pertanian dan penggunaan pestisida yang berlebihan.
“Untuk mengurangi tren itu, kami upayakan supaya Program Makmur menciptakan sistem pertanian rendah emisi karbon sehingga lebih ramah lingkungan,” kata Saiful Rohdian, Koordinator Program Makmur Pupuk Kujang, Selasa, 8 Agustus 2023.
Untuk menuju hal itu, ujar Saiful perlu diterapkan sistem pertanian moderen yang juga berorientasi ramah lingkungan. Upaya tersebut selaras dengan Peraturan Presiden nomor 71 tahun 2011. Berdasarkan perpres itu, sektor pertanian harus menurunkan tingkat emisinya sebesar 8 Gg CO2eq.
Seperti diketahui, sektor pertanian juga melahirkan sejumlah emisi antara lain, metana (CH4) sebesar 67 persen, diikuti dengan nitrogen monoksida (N2O) sebesar 30 persen dan karbon dioksida (CO2) sebesar 3 persen. Pada tahun 2000, total emisi gas rumah kaca dalam sektor pertanian mencapai 75.419,73 Gg CO2eq. Sumber utama dari emisi gas rumah kaca ini adalah lahan sawah sebanyak 69 persen dan ternak sebesar 28 persen.
Saiful menuturkan, ada beragam cara dan strategi untuk mengurangi emisi karbon di bidang pertanian, diantaranya adalah melalui metode pemupukan berimbang, aplikasi pupuk organik dan biogas untuk menyerap emisi karbon, ada juga teknik penggunaan air irigasi secara intermiten atau berselang, sehingga bisa menurunkan emisi karbon ke atmosfer dibanding penggenangan sawah secara terus menerus.
“Berbagai teknik pertanian ramah lingkungan akan kami terapkan ke seluruh petani binaan dan peserta program Makmur,” kata Saiful.
Untuk menajamkan program itu, kata Saiful Pupuk Kujang juga menjajaki kerja sama dengan RIZE, perusahaan agroteknologi yang berbasis di Singapura. Perusahaan patungan antara Temasek, Genzero, Breakthrough Energy dan Wavemaker Impact itu akan berkolaborasi dengan Program Makmur Pupuk Kujang.