Potret Kerukunan Ummat Beragama di Kelurahan Lemahwungkuk, Kota Cirebon

Gereja Kristen Indonesia (GKI) Rahmani Lemahwungkuk, kota Cirebon
Sumber :
  • Pribadi/Istimewa

VIVA Jabar - Indonesia merupakan negara beragama dan terdiri atas bermacam-macam agama. Dalam sensus resmi yang diunggah oleh Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, penduduk Indonesia berjumlah 273,32 juta jiwa dengan 86,93% beragama Islam, 10,55% Kristen (7,47% Kristen Protestan, 3,08% Kristen Katolik), 1,71% Hindu, 0,74% Buddha, 0,05% Konghucu, dan 0,03% agama lainnya.

Karena Indonesia menganut ideologi Pancasila, dan pada sila pertama berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ideologi ini adalah kompromi antara gagasan negara Islam dan negara sekuler.  

Awalnya diusulkan "kewajiban syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di dalam undang-undang, tetapi akhirnya hal itu dihapus dengan tujuan untuk mengayomi semua masyarakat Indonesia. 

Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa "negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu".

Hal ini tentu merupakan anugerah tersendiri bagi indonesia, Indonesia bisa menjadi negara yang aman, damai dan sentosa di tengah masyarakat yang plural di negara ini. 

Hal ini pun bisa kita lihat di Kelurahan Lemahwungkuk, Cirebon. Salah satu hal yang menarik di wilayah ini ialah banyaknya gereja dan klenteng di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas berpenduduk Muslim.

Dan yang patut diapresiasi dari Kelurahan ini ialah kerukunan antar ummat beragamanya, walaupun penduduknya berbeda-beda agama, akan tetapi wilayah di sini tetap kondusif tidak pernah kita temui konflik antar ummat beragama, justru yang akan kita temui ialah toleransi dan saling mengasihi antara umat beragama. 

Hal itu diungkapkan oleh pimpinan kelurahan Lemahwungkuk

"Alhamdulillah di sini ada banyak greja selain masjid alhamdulullah baik kerukunan beragama di sini baik alhamdulillah, ketika muslim mengadakan ibadah sholat jumat yang non muslim menghormatinya, dan ketika peribadahan non muslim baik di greja ataupun klenteng pihak karang taruna, tokoh masyrakat yang muslim menghormati juga denga membantu parkir beserta keamanannya. Jadi mereka itu saling gotong royong, ini telah diajarkan oleh para leluhur terurtama dari sunan gunung djati". Herry Purnomo (Lurah Lemahwungkuk)

Menurut Pendeta Albert kerukunan tersebut tak lepas dari kehadiran kraton Kesepuhan yang berada di Kelurahan Lemahwungkuk tersebut. 

"kehadiran keraton merupakan hal penting dalam menjaga suasana keagamaan di sini, saya 15 tahun sudah berada di GKI Rahmani dan saya menyaksikan di sini kerukunan beragama nya baik dan syukur warga di sini menyambut baik". Albert (Pendeta GKI Rahmani, Lemahwungkuk)

"saya harap kedepannya ummat beraagama bisa saling bersinergi dalam segala hal untuk memajukan wilayah di sini". Tambahnya

 

Pendeta Albert (Kanan) Bersama Mahasiswa IAIN Cirebon di GKI Rahmani

Photo :
  • Pribadi/Istimewa

 

Hal senada pun diungkapkan oleh Ketua Majlis Konghucu Indonesia wilayah Cirebon

"semuanya baik baik saja dan kerukunan beragama adalah hal yang yang wajib terutama bagi etnis tinghoa dan agama agama yang lain. Kita sebagai warga negara indonesia yang berdasarkan pancasila sudah sepatutnya kita harus rukun untuk menjaga dasar dasar pancasila kerena kemerdekaan ini berdasarkan atas kebhinekaan dan persatuan." Teddy Setiawan (Ketua Majlis Konghucu wilayah Cirebon)

 

Teddy Setiawa, Ketua Majlis Konghucu Cirebon (Sebelah Kiri)

Photo :
  • Pribadi/Istimewa

 

Tentunya harapan para masyarakat di sini berharap kerukunan beragama bisa dijaga untuk sekarang, hari esok, dan selamanya. 

"mudah mudahan tetap rukun dan negeri ini tetap kokoh dan harus tetap saling menghargai antara ummat beragama." Pak Dani (tokoh agama islam)