Terungkap! Bukan Kaleng-kaleng, Edi Akui Dekat dengan Petinggi Polri
- Screenshot berita VivaNews
VIVA Jabar - Ayah mendiang Wayan Mirna Salihin, Edi Darmawan Salihin mengakui kedekatannya dengan sejumlah aparat dan petinggi Polri. Kedekatan Edi terjalin sejak peristiwa kematian putrinya, Mirna.
Hal itu disampaikan Edi saat menjadi narasumber di sebuah program bersama Karni Ilyas. Edi menjelaskan latar belakangnya sebagai pengusaha di bidang suplai senjata.
Melalui usaha yang berhubungan dengan supplai senjata tersebut, tak heran jika ayah Mirna ini disebut-sebut sebagai orang penting hingga mengenal banyak petinggi polisi, mulai dari Krishna Murti, Ferdy Sambo, hingga Tito Karnavian.
"Sejak kasus Mirna saya memang kenal beberapa polisi. Lha gimana sih? Orang saya semua yang ngurus, orang densus, nembak-nembak begitu, gimana nggak kenal," kata Edi dalam YouTube Karni Ilyas Club.
Edi terang-terangan menyatakan sebagai pebisnis yang menyuplai senjata ke TNI. Kala itu, Ia sering mendistribusikan senjata ke Badan Pembekalan (Babek) ABRI.
Namun, lanjut Edi, usaha itu sudah lama ditinggalkan dan berhenti. Ia kemudian memilih bekerja sebagai petani cabai di wilayah Pamijahan, Kabupaten Bogor.
"Saya waktu itu (suplai senjata ke) Angkatan Darat. Babek (Badan Pembekalan) ABRI, sama temen dulu (kerja sama). Bayarannya tahu sendiri kan," ungkap Edi
“Sekarang udah pensiun, udah tua. (coba mampir) ke Bogor daerah Pamijahan, Cemplang, (saya) nanem cabe udah panen dua kali. lumayan buat hidup,” sambungnya
Selain cabai, Edi juga mengaku memiliki tanah di wilayah Bitung yang saat ini digunakan sebagai perkebunan singkong.
"Tanah di Bitung, buat ngumpulin singkong dari Lampung, semua dari Sumatera turun ke bos saya Haji Tabroni dia kirim ke Merak, deket kan sama pelabuhan Merak saya punya tanah," katanya.
"Itu kita jual ke orang Korea. Saya enggak ikut ekspor, karena ekspor sekali gagal, ditolak. Nah kalau melalui Korea ini dibayar terus, biarin lah, untung dikit, enggak apa-apa," sambungnya
Nasib kurang beruntung kini tengah dialami Edi, dia bahkan sampai harus menjual aset propertinya untuk keperluan makan sehari-hari.
“Waktu jaya-jayanya properti saya banyak. (Sekarang) dijualin buat makan hidup. Santai aja," kata Edi sambil tertawa.