Bisnis Rumah Sakit Tumbuh Subur di Subang

Ilusttrasi rumah sakit.
Sumber :

Jabar – Kabupaten Subang makin dilirik para investor, pasca peningkatan pertumbuhan ekonomi di bidang jasa seperti pelabuhan Patimban, dan ketenagakerjaan di kawasan industri.

Tak ayal, pertumbuhan di sektor lain pun mulai dari lirik. Salah satunya bidang kesehatan. Untuk di Kabupaten Subang sendiri tak kurang dari 12 Rumah sakit melayani pasien yang membutuhkan pelayanan medis. Mulai dari RSUD Subang (Pemda) RSAU (TNI), dan AMN (BUMN).

Sedangkan 9 lainnya berstatus swasta mulai dari RSIA Graha Mutiara, RS Kharisma, RSU Syaiful Anwar, RS Mutiara Hati, PMC, Rayhan, Hamori, Mitra Plumbon dan lainnya.

"Keberadaan rumah sakit? Lumayan banyak ya di Subang," ucap Fungsional Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Subang, Herman Nurdin pada Viva Jabar, Sabtu ( 13/7 ).

Warga Sukamelang Subang, Suhendar, mengatakan, bisnis kesehatan di Kabupaten Subang sangat menggiurkan. Bahkan ada satu rumah sakit lagi yang akan segera beroperasional di kelurahan Sukamelang.

"Kabarnya sih ada pembangunan rumah sakit lagi. Memang bisnis di bidang kesehatan sangat menggiurkan," ujarnya.

Ia menduga, banyak investor yang menanamkan modalnya di bidang kesehatan. Lantaran seringnya masyarakat Subang yang berobat ke luar daerah seperti Rumah sakit Siloam (Purwakarta), Rumah sakit Hasan Sadikin (Bandung), dan lainnya.

Sehingga membuka peluang bagi para investor berlomba-lomba membangun rumah sakit untuk meng-cover dengan fasilitas yang mumpuni.

"Perhatikan saja, banyak masyarakat Subang yang menjatuhkan pilihan ke rumah sakit luar daerah. Pertimbangannya karena alat kesehatan yang canggih, pelayanan yang ramah, hingga kepastian untuk sembuh," kata Suhendar.

Sementara itu, Anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P, Ribka Tjiptaning menyebut, bisnis kesehatan skala rumah sakit sangat menggiurkan.

"Terlihat nya sepele, tapi jika diamati, ini bisnis yang yang sangat mengiurkan," ujar wanita yang juga berstatus dokter tersebut.

Ia berpesan kepada para tenaga kesehatan, agar jangan mengkapitalisme para pasien di rumah sakit. Salah satu contoh ketika pasien yang sudah dicover BPJS kesehatan harus membeli obat di luar karena masalah ketersediaan farmasi. 

Pasien berulang kali dicek kesehatan dengan alasan pendeteksian, hingga harus konsultasi dengan biaya lumayan mahal.

"Contohnya saja, pasien datang ke rumah sakit, yang harusnya gak di uji lab,disuruh uji lab, yang gak harus di USG disuruh USG. Padahal kalo dicermati, para dokter itu mendapat jasa medis, belum lagi jika disuruh konsultasi, itu semua ada uangnya," kata Ribka

Jabar – Kabupaten Subang makin dilirik para investor, pasca peningkatan pertumbuhan ekonomi di bidang jasa seperti pelabuhan Patimban, dan ketenagakerjaan di kawasan industri.

Tak ayal, pertumbuhan di sektor lain pun mulai dari lirik. Salah satunya bidang kesehatan. Untuk di Kabupaten Subang sendiri tak kurang dari 12 Rumah sakit melayani pasien yang membutuhkan pelayanan medis. Mulai dari RSUD Subang (Pemda) RSAU (TNI), dan AMN (BUMN).

Sedangkan 9 lainnya berstatus swasta mulai dari RSIA Graha Mutiara, RS Kharisma, RSU Syaiful Anwar, RS Mutiara Hati, PMC, Rayhan, Hamori, Mitra Plumbon dan lainnya.

"Keberadaan rumah sakit? Lumayan banyak ya di Subang," ucap Fungsional Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Subang, Herman Nurdin pada Viva Jabar, Sabtu ( 13/7 ).

Warga Sukamelang Subang, Suhendar, mengatakan, bisnis kesehatan di Kabupaten Subang sangat menggiurkan. Bahkan ada satu rumah sakit lagi yang akan segera beroperasional di kelurahan Sukamelang.

"Kabarnya sih ada pembangunan rumah sakit lagi. Memang bisnis di bidang kesehatan sangat menggiurkan," ujarnya.

Ia menduga, banyak investor yang menanamkan modalnya di bidang kesehatan. Lantaran seringnya masyarakat Subang yang berobat ke luar daerah seperti Rumah sakit Siloam (Purwakarta), Rumah sakit Hasan Sadikin (Bandung), dan lainnya.

Sehingga membuka peluang bagi para investor berlomba-lomba membangun rumah sakit untuk meng-cover dengan fasilitas yang mumpuni.

"Perhatikan saja, banyak masyarakat Subang yang menjatuhkan pilihan ke rumah sakit luar daerah. Pertimbangannya karena alat kesehatan yang canggih, pelayanan yang ramah, hingga kepastian untuk sembuh," kata Suhendar.

Sementara itu, Anggota DPR-RI dari Fraksi PDI-P, Ribka Tjiptaning menyebut, bisnis kesehatan skala rumah sakit sangat menggiurkan.

"Terlihat nya sepele, tapi jika diamati, ini bisnis yang yang sangat mengiurkan," ujar wanita yang juga berstatus dokter tersebut.

Ia berpesan kepada para tenaga kesehatan, agar jangan mengkapitalisme para pasien di rumah sakit. Salah satu contoh ketika pasien yang sudah dicover BPJS kesehatan harus membeli obat di luar karena masalah ketersediaan farmasi. 

Pasien berulang kali dicek kesehatan dengan alasan pendeteksian, hingga harus konsultasi dengan biaya lumayan mahal.

"Contohnya saja, pasien datang ke rumah sakit, yang harusnya gak di uji lab,disuruh uji lab, yang gak harus di USG disuruh USG. Padahal kalo dicermati, para dokter itu mendapat jasa medis, belum lagi jika disuruh konsultasi, itu semua ada uangnya," kata Ribka