Perjuangan Bocah Kembar Dedi-Dida Nafkahi Keluarganya dari Hasil Merongsok
- Istimewa
VIVA Jabar – Semangat dua bocah kembar asal Kabupaten Subang mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya mendapat apresiasi dari Kang Dedi Mulyadi. Kedua bocah itu semangat mencari rezeki tanpa meninggalkan pendidikan.
Kang Dedi Mulyadi kemarin tak sengaja bertemu dengan bocah kembar bernama Dedi dan Dida saat mereka sedang berteduh di pinggir jalan. Keduanya mencari rongsokan yang dimasukkan ke dalam karung.
"Sekolah kelas 7 di SMPN 6, Pak," ujar Dedi saat dihampiri Kang Dedi.
Keduanya mengisahkan telah merongsok sejak lama demi membantu perekonomian keluarga. Sebab sejak kecil mereka ditinggal oleh ayahnya.
Ternyata ayah dari bocah kembar tersebut tak pernah pulang ke rumah. Bahkan ayahnya terhitung hanya beberapa kali memberikan nafkah untuk mereka.
"Bapak namanya Wargina Mulyadi, dulu bapak bandar rongsokan, sekarang gak tahu di mana. Sekarang saya tinggal sama ibu, kakak dan adik," katanya.
Selain mereka, kakak pertama yang bernama Fajar yang kini sudah kelas 12 SMK telah merongsok sejak SD. Fajar juga disebut aktif berjualan berbagai jenis pakaian secara online.
"Yang cari uang bertiga untuk keluarga. Kakak Fajar sama Dedi-Dida. Kita saling melengkapi kalau Aa lagi gak ada (rezeki), dari kita," ucapnya.
Dalam satu hari kedua bocah ini bisa mendapatkan uang Rp 15-20 ribu. Uniknya mereka selalu berpakaian rapi karena tak mau saat merongsok dikasihani oleh orang lain.
"Kita gak mau pura-pura biar dikasihani, apalagi kebersihan itu sebagian dari iman. Ini juga double pakai celana pendek jadi kalau mau salat tinggal ganti," ucap Dida.
Setelah berbincang Kang Dedi langsung mengajak kedua bocah tersebut masuk ke dalam mobil sambil membawa karung berisi rongsokan. Mereka diajak untuk membeli peralatan sekolah hingga kebutuhan pokok untuk keluarganya sehari-hari.
Di dalam mobil Dida bercerita bahwa dulu saat ayahnya masih ada hidup berkecukupan. Namun setelah ayahnya pergi menghilang perekonomian mereka terpuruk. Bahkan sempat makan dua hari sekali.
"Sewaktu belum merongsok mah kita sering gak makan, makan bisa dua hari sekali. Alhamdulillah setelah merongsok bisa dapat penghasilan buat makan, buat mamah sama adik juga," ujarnya.
Usai berbelanja keduanya diantar pulang. Di rumah tersebut Kang Dedi bertemu dengan ibu, kakak dan adik dari dua bocah kembar tersebut.
Dari obrolan tersebut terungkap bahwa anak-anak sudah terbiasa mandiri sejak ditinggal oleh ayahnya. Bahkan mereka tak malu untuk mencari rongsokan dan meminta sang ibu untuk fokus mengurusi rumah.
"Dulu waktu terpuruk saya kerja, jualan. Tapi lama-lama anak yang paling besar (Fajar) bilang ibu gak usah kerja biar Aa saja yang cari uang, ibu mah urusin adik-adik saja di rumah. Dan yang kembar juga begitu mereka aktif membantu," ujar sang Ibu.
Kang Dedi Mulyadi mengapresiasi kegigihan anak-anak tersebut yang mampu mandiri bahkan sanggup menopang ekonomi keluarga. Bahkan seluruh anak-anak bisa sekolah dari hasil kerja keras sendiri.
"Saya tidak mengasihani anak-anak ini, tapi justru saya memberikan support pada mereka karena hebat. Mereka anak-anak hebat yang berjuang demi ibu yang merupakan segala-galanya, dan tidak mau melihat ibunya susah," ujar Kang Dedi.
Menurutnya mereka bisa menjadi contoh untuk anak-anak lain untuk bisa mandiri dan berbakti kepada orangtua.
"Hari ini anak-anak mungkin kondisinya begini, tapi suatu saat mereka bisa jadi pengusaha sukses. Ini contoh bahwa kemiskinan bukan alasan untuk tidak memiliki keinginan menjadi kaya atau berkecukupan, karena itu semua bisa diubah dengan kerja keras," ucapnya.
Di sela-sela momen pertemuan yang diwarnai tangis haru ini Kang Dedi sempat berkeliling rumah. Meski hidup susah namun rumah keluarga tersebut rapi dan bersih. Sejumlah barang rongsok dikumpulkan di luar rumah sebelum nantinya dijual ke pengepul.