Dokter Djaja Sebut Sianida Biasa Dimiliki Orang Kapalan, Netter Senggol Itu Hobi Ayah Mirna

Kasus 'Kopi Sianida', Barbuk (Barang Bukti) Kopi Sianida
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar - Ayah kandung mendiang Wayan Mirna Salihin, Edi Darmawan Salihin tetiba jadi perbincangan di dunia sosial media (Sosmed). Netter dihebohkan dengan keterangan Edi yang hampir mirip dengan penjelasan ahli Forensik, dr. Djaja Surya Atmaja.

Sebelumnya, Ahli Forensik dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusuma (RSCM), dr. Djaja pernah menyebutkan beberapa kriteria orang yang biasa menggunakan bubuk sianida

Setidaknya, menurut Djaja, ada 4 golongan dari para pengguna. Dua diantaranya ialah bidang perkapalan dan para nelayan ketika memancing ikan.

 

 

"Ini yang saya ajarin ke mahasiswa ada beberapa orang yang patut dicurigai. Sianida itu banyak dipakai untuk fumigasi kapal. Orang yang berhubungan dengan kapal, fumigasi itu lapal itu pasti punya sianida,” kata dr. Djaja di podcast dr. Richard Lee.

Selain itu, Djaja juga menyebutkan, golongan lain yang biasa memiliki sianida ialah para nelayan. Menurut Djaja, mereka juga sering berhubungan dengan sianida. Biasanya, sianida dipakai nelayan untuk menangkap ikan secara ilegal agar mempermudah penangkapan ikan. 

Bahkan, setelah sianida ditabur, bisa menyebabkan kematian bagi terumbu karang sekitar. Memang ikannya tidak mati hanya mabok tapi merusak ekosistem lingkungan laut. Oleh karenannya dilarang diperjualbelikan secara bebas.

”Terus kalau kamu nelayan, tukang nangkep ikan. Ikan hias itu di karang-karang, ikannya gesit enggak seperti di darat. Nangkepnya susah kan. Mereka beli ke toko kimia. Kalau bilang saya mau beli sianida enggak bakalan dikasih. Karena kamu pasti mau bunuh orang. Tapi ada omongannya pak saya mau beli (disensor) dikasih. Mau nangkep ikan dimana katanya (disensor),” jelasnya. 

 

Kasus

Photo :
  • Screenshot berita VivaNews

 

Dijelaskannya, sianida itu digunakan nelayan untuk membuat ikan-ikan menjadi lemas dan mabok sehingga memudahkan nelayan mudah menangkapnya.

Nantinya ikan-ikan yang telah ditangkap akan dimasukkan ke dalam air bersih dan ikan akan tetap hidup.

“Itu nangkap ikan terlarang, ilegal. Kalau pakai itu ikannya mabok baru diserok, enggak mati. Ikannya mabok diserok ditaro di air bersih ikannya hidup lagi. Itu tapi akibatnya terumbu karang mati semua. Makanya dilarang,” pungkasnya.

Dalam masalah ini, para netter kemudian tersontak dengan keterangan yang pernah disampaikan Ayah Mendiang Mirna, Edi Darmawan Salihin.

Netter menyoroti hobi Edi yang suka memancing ikan dan memiliki kapal. Informasi tentang hobi Edi ini pernah diunggah akun TikTik @hakunamatata.

Dalam video tersebut diselipkan hasil wawancara Edi Darmawan Salihin dengan Karni Ilyas belum lama ini. Edi Darmawan sempat mengaku hobinya adalah memancing. 

"Dia tanya hobi saya apa, saya bilang saya demen mancing," kata dia. 

Edi Darmawan juga mengaku memiliki spot-spot tertentu andalannya ketika memancing. 

"Kalau dibilang tukang mancing aja. Tanya saya, se Jakarta tau Edi Cacing paling jago mancing," ujarnya.

Tak hanya itu, Edi Darmawan juga mengungkap memiliki kapal besar. Namun kapal tersebut sudah dijual lantaran biaya perawatan yang mahal.  

"Kapal saya tapi sudah saya jual. Kapal besar begitu biayain tu kapal, dipake kagak," kata Edi Darmawan. 

 

Kasus

Photo :
  • Screenshot berita VivaNews

 

"Waktu saya ajak ke Pantai Mutiara mau sewa kapal. Ditawarin yang paling murah Rp35 juta, karena sekali berangkat 5 ton itu solar," sambungnya. 

Sontak saja unggahan tersebut memantik perhatian dan menuai banyak komentar dari para netter.

"Padahal yang podcast dr Djaja dah dirilis duluan eh ini ayah Mirna malah menyambung benang merah," kata netizen. 

"dr Djaja aslinya dah tau dalangnya siapa, cuma pintarnya dia cuma kasih clue. Sehat selalu orang jujur yang ingin menegakkan hukum Indonesia," kata lainnya. 

"Loh kok nyambung makin curiga sama bapaknya mirna apalagi dia perna bilang 'saya punya botolnya'," singgung netizen.