Kritik PBB: Administrasi Paling Berisiko Terdampak AI Generatif, Karir Perempuan Terancam

Ilustrasi AI (Kecerdasan Buatan), Robot Humanoid
Sumber :
  • Screenshot berita VivaNews

VIVA Jabar - Salah satu studi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan, Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mungkin tidak akan mengambilalih pekerjaan kebanyakan orang, tetapi itu akan membantu mengotomatiskan tugas-tugas tertentu.

7 Negara Paling Aman di Dunia, Maling Auto Gak Betah!

Maraknya isu penggunaan kecerdasan buatan di berbagai sektor, membuat PBB akhirnya buka suara.

AI generatif mampu menghasilkan teks, gambar, suara, animasi, model 3D, dan data lainnya, yang berpotensi digunakan untuk menyelesaikan atau menambah tugas tertentu.

8 Negara Eropa yang Rankingnya di Bawah Timnas Indonesia

"Sebagian besar pekerjaan dan industri hanya sebagian terpapar otomatisasi dan karenanya lebih mungkin untuk dilengkapi daripada digantikan oleh AI," kata laporan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) PBB dalam DW, belum lama ini.

Mengenal Suci Fauzi Karenina, Aktivis Perempuan yang Masuk Bursa Pilkada Cianjur

"Dampak paling penting dari teknologi ini kemungkinan besar adalah peningkatan pekerjaan,” lanjutnya. 

ILO menghitung bahwa 5,5% pekerjaan di negara berpenghasilan tinggi berpotensi terpapar otomatisasi oleh AI generatif, dibandingkan dengan 0,4% pekerjaan di negara berpenghasilan rendah.

Ilustrasi AI (Kecerdasan Buatan), Robot Humanoid

Photo :
  • Screenshot berita VivaNews

Namun demikian, laporan tersebut menemukan bahwa pekerjaan di bidang administrasi adalah yang paling berisiko terkena dampak AI generatif. 

Menurut ILO, seperempat dari tugas-tugas yang berhubungan dengan administrasi sangat rentan terhadap potensi otomatisasi. 

Hal ini khususnya akan berdampak pada perempuan, terutama di negara-negara kaya. 

Ilustrasi AI (Kecerdasan Buatan), Robot Humanoid

Photo :
  • Screenshot berita VivaNews

“Oleh karena itu, bagi para pembuat kebijakan, penelitian kami tidak boleh dianggap sebagai suara yang menenangkan, melainkan sebagai seruan untuk memanfaatkan kebijakan guna mengatasi perubahan teknologi yang sedang terjadi,” kata ILO.