Ternyata Ini Penyebab Anak Bisa Terkena Obesitas dan Diabetes, Kata Ahli

Ilustrasi obesitas
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Jabar – Provinsi Jawa Barat masih membutuhkan aksi nyata untuk percepatan penurunan stunting hingga 14 persen pada 2024 mendatang. Saat ini, prevalensi stunting Jawa Barat berada di 20,2 persen, turun 4,3 persen dari tahun 2021. 

Kenapa HP Jadi Lemot? Ini 5 Penyebabnya yang Perlu Anda Ketahui

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melalui sambutannya yang dibacakan oleh Pelaksana Harian Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, drg. Juanita Patricia Fatima, MKM.

Selain stunting, hal lain yang masih menjadi perhatian Jawa Barat adalah persoalan-persoalan gizi yang dapat berdampak pada obesitas dan diabetes, yang diakibatkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat serta kesalahan pemberian asupan anak. 

Menu Berbuka Puasa yang Disarankan Dokter untuk Kesehatan Selama Ramadhan

"Saat ini masih kurang peran masyarakat dalam mendapatkan informasi yang baik terkait gizi serta kebiasaan-kebiasaan yang sulit diubah. Misalnya penggunaan kental manis sebagai susu anak," demikian sambutan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat Webinar Nasional ‘Bidan Sebagai Garda Terdepan Dalam Mewujudkan Masyarakat Dan Mengawal Generasi Emas 2045’ yang digelar Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Barat dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), baru-baru ini. 

Lebih lanjut, Ridwan berharap bidan dapat mengambil peran strategis dalam perbaikan gizi anak. 

Tingkat Korupsi Cukup Tinggi, Dua Mantan Kepala Desa Subang Berlebaran di Jeruji Besi

"Obesitas dan diabetes dan penyakit lainnya adalah masalah yang harus kita selesaikan bersama. Karena itu bidan diharapkan dapat memberikan pendampingan dan informasi gizi, seperti edukasi tentang penggunaan kental manis yang tidak tepat di masyarakat," kata dia. 

Kepala Tim Kerja Kesehatan Maternal, Neonatal dan Penurunan AKI AKB Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Laila Mahmudah, MPH., menjelaskan peran strategis bidan yang dapat dilakukan yaitu berupa pembinaan Posyandu dan penguatan kapasitas kader, menginisiasi hadirnya kelompok-kelompok penggerak kesehatan di masyarakat, kelas-kelas edukasi untuk remaja, ibu hamil dan balita.

Halaman Selanjutnya
img_title