Mahasiswa Prodi Kewirasusahaan ITB Vinus Bogor Gelar Seminar koperasi
- Pribadi/Istimewa
VIVA Jabar - Mahasiswa Program Studi Kewirausahaan Institut Teknologi dan bisnis Visi Nusantara Bogor (ITB Vinus Bogor) mengadakan seminar tentang koperasi. Seminar yang mengangkat tema "Strategi Koperasi menhadapi era 4.0".
Menjadi narasumber dalam diskusi tersebut, Yusgitriadi, founder Visi Nusantara Maju, Pepi Januar Pelita, Ketua Dewan Koperasi Syari'ah (DEKOPSYAH) Kabupaten Bogor, Elisa Sugito, penulis dan pengusaha muda.
Seminar tersebut dibuka oleh Rektor ITB Vinus Bogor, beliau menyampaikan apresiasinya terhadap seminar yang mengangkat tema kopersi. Jarang sekali mahasiswa yang mengadakan diskusi, dialog dan seminar dengan mengangkat tema koperasi, padahal kita semua faham bahwa sejarah kemerdekaan republik ini tidak bisa dipisahkan dengan koperasi yang menjadi bakal utama ekonomi kerakyatan.
Pepi Januar pelita dalam paparan materinya menyampaikan bahwa stigma koperasi hanya untuk kalangan tua menjadi stigma yang tidak baik untuk keberlangsungan koperasi dimasa mendatang. Dia juga menyatakan bahwa masalah koperasi bukanlah sekedar narasi namun sesuatu yang kongkrit, sehingga mahasiswa segera mengkongkritkan untuk medorong terwujudnya koperasi mahasiswa.
Sedangkan elisa, lebih banyak menyampaikan motivasi, agar generasi z dan generasi millenial menggandrungi kewirausahaan, apapun itu, sekecil apapun itu. Karena dari sesuatu yang kecil berpotensi menjadi besar, daripada tidak mewujudkan apa-apa sudah dipastikan tidak akan mempunyai harapan sekecil apapun.
Yusfitriadi yang menjadi pembicara terakhir dalam seminar tersebut menyatakan, bahwa mahasiswa penting menjaga keseimbangan ekonomo, ekologi dan teknologi, jangan disebabkan bayang-bayang teknologi yang semakin mengerikan, membuat kita serba gampang dalam menggagas lembaga ekonomi dalam bentuk koperasi.
Karena koperasi sebagai back bond ((tulang punggung) ekonomi kerakyatan, maka gerakan koperasi dan kewirausahaan tidak melulu bicara pendekatan teknologi, adaptasi dengan pendekatan konvensionalpun harus menjadi pilihan, karena masyarakat kabupaten bogor bisa jadi sebagian besar masih melihat sesuatu dengan kacamata konvensional.